Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencipta Kambing Hitam Kegelapan Pandemi

24 Juli 2021   10:08 Diperbarui: 24 Juli 2021   10:27 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Orang lebih senang mengutuk kegelapan daripada menyalakan lilin walaupun kecil untuk agar kegelapan terterangi.

Sekarang ditambah lagi orang lebih senang menciptakan kambing hitam yang dianggap menyebabkan kegelapan bagai malam hari. Lalu memaki dan menyuruh kambing hitam itu bertanggung jawab dan pergi.

Itulah yang terjadi di masa pendemi ini. Mereka yang tak suka kepada pemerintahan negeri ini mengatakan bahwa presidenlah si kambing hitam yang tak becus menangani pandemi.

Padahal jika mau instrospeksi kambing hitam itu bisa jadi mereka sendiri. Mereka mengajak  berdemontrasi. Sangat tidak mungkin gerakan seperti itu taat protokol kesehatan yang selalu harus dilakukan dengan sepenuh hati. Mungkin mereka juga penyumbang merebaknya pandemi dengan tak taat protokol kesehatan sehari-hari

Ditambah pula semua negeri baru pertama ini menghadapi pandemi. Tak ada yang punya pengalaman untuk ini. Negara majupun tak punya resep untuk membasmi. Jadi wajarlah kalau terkesan penanganan pandemi tak tertata rapi.

Lalu bukankah lebih baik menyalakan lilin walaupun kecil dari pada mengutuk kegelapan dan mencari kambing hitam pembuat  kegelapan ini? Langkah kecil seperti taat protokol kesehatan sehari-hari, pada mereka yang terpapar kita peduli, dan menyumbangkan harta untuk penanganan pandemi jauh lebih berarti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun