Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pasrah Diri di Larut Malam

17 Juni 2021   00:13 Diperbarui: 17 Juni 2021   00:21 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelaki itu berbaring gelisah di tempat tidurnya. 

Malam sudah larut. Bulan sudah memeluk bintang-bintang. 

Tapi mata sang lelaki enggan terpejam. Merenungkan kisah-kisah sepanjang hari. 

Dibuatnya neraca antara berbuat baik dan buruk.  Antara pahala yang diterima karena perbuatan mulia dan dosa yang menghasilkan derita

Tapi entah mengapa derita akibat dosa selalu melebihi pahala akibat perbuatan mulia? Padahal sudah sekuat tenaga ia berusaha. 

Saat itulah sang nurani berkata.  Karna ia hanya menggantungkan diri pada usaha sendiri  tanpa minta Tuhan campur tangan lewat doa.  

Dan juga itu kan neraca timbangan manusia.  Mungkin timbangan Allah yang maha pengasih dan pengampun akan menghasilkan neraca berbeda. 

Lalu pasrah dirilah dan tenanglah sang lelaki di istirahat malamnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun