Dalam sebuah suratmu engkau menulis: Teruslah bermimpi. Teruslah bermimpi. Bermimpilah selama engkau dapat bermimpi. Bila tiada bermimpi, apalah jadinya hidup. Kehidupan yang sebenarnya kejam.
Banyak mimpi yang engkau gantungkan di hati dan terlahir dalam aksi. Mimpi yang paling membuatmu terobsesi adalah tentang emansipasi dan edukasi untuk kaummu yang sangat engkau sayangi.
Kini kaum perempuan tinggal menikmati. Banyak kedudukan dan pendidikan tinggi telah kaum wanita kuasai. Â
Namun engkau juga mengingatkan bahwa emansipasi tak boleh lepas dari tugas wanita yang kodrati. Salah satunya adalah sebagai ibu yang melahirkan anak dan mendidik dan mencintainya sepenuh hati. Hal ini engkau tekankan supaya tercipta harmoni.
Dalam suratmu yang lain engkau juga menulis tentang kodrat ibu ini. Â Bahkan engkau memperluas arti ibu ini. Kau tulis: Seorang perempuan yang mengurbankan diri untuk orang lain, dengan segala cinta yang ada dalam hatinya , dengan segala bhakti yang dapat diamalkannya, itulah perempuan yang dapat disebut ibu dalam arti sesungguhnya.
Selamat Hari Kartini untuk wanita Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H