Lelaki itu bingung hendak dilukisnya dengan aliran apakah hati kekasihnya
Dengan aliran Surealisme ala Sudjojono? Tentu tidak karena berarti hati kekasihnya serupa dengan seonggok daging merah berdenyut dan berdarah.
Dengan aliran Abstrak ala AD Pirous? Memang ia terkadang merasa bahwa hati kekasihnya sangatlah abstrak dan tak mudah dimengerti. Tapi itu tak lestari. Ia kini lebih banyak mengerti hati pujaannya tanpa harus terungkap secara presisi.
Lalu bagaimana dengan Ekspresionisme ala Affandi? Ia tak setuju juga. Memang sering sebagai ungkapan hati, sang kekasih kerap meledak-ledak amarahnya. Namun itu juga tak kerap terjadi dan malah menambah mesra mereka berdua.
Akhirnya ia memutuskan untuk melukis hati ke kasihnya di kanvas putih dengan aliran Naturalisme ala Basuki Abdullah. Hati kekasihnya bagai taman bunga yang indah dengan beraneka puspa. Tempat melepas segala penat dan gundah. Tempat mencari kedamaian dan kesejukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H