Imlek tahun lalu ketika pandemi belum hadir seharusnya saat yang bahagia bagi sang lelaki.
Kala itu ia dan kekasih hatinya yang etnis cina bergandengan penuh bahagia di Pasar Semawis Kota Semarang. Mereka menikmati makanan lontong cap go meh dan menikmati indahnya kembang api dan lampion.
Lalu sang gadis ketika akan pulang meneteskan air mata. Sang lelaki mengira itu airmata bahagia. Yapi ternyata itu airmata fuka, sang gadis mengatakan bahwa ini pertemuan terakhir mereka. Setelah ini ia akan dijodohkan dengan pria dengan etnis yang sama, mungkin pertimbangan bisnis semata. Memang sebenarnya selama ini tak ada restu orangtua si wanita atas hubungan mereka. Hubungan gelaplah selama ini yang tercipta. Si lelaki pasrah saja atas akhir hubungan mereka.
Imlek tahun ini berbeda. Tak ada pesta. Tak ada kekasih di sisi sang lelaki yang kian menambah luka. Namun di tengah ketakberdayaannya, ia berdoa pada Tuhannya, semoga imlek tahun ini awal dari bahagianya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H