Dengan tergesa lelaki itu menyongsong koran pagi.
Dengan hati berdebar dibukanya lembar demi lembar. Dicarinya larik puisi yang telah ia tulis dan kirimkan ke redaksi.
Tapi  tak ditemuinya puisi itu. Apakah yang salah dengan puisi yang ia tulis? Kurang diksi? Kurang Ritmis? Ataukah tak seselera dengan redaksi.
Padahal dari puisi itu ia berharap bisa membeli sepiring nasi. Perutnya lapar sudah berhari-hari.
Memang jangan jadi penulis puisi jika ingin kantong terisi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI