Trotoar itu tak panjang. Hanya sepanjang seratus langkah. Tapi ada banyak kisah terukir di sana.
Ada kisah penjual majalah bekas yang mengais rejeki dari majalah-majalah yang sudah kusam. Per majalah untung seratus perak cukup untuk penahan lapar.
Ada penjual akik yang menawarkan akik dengan menjual mitos. Akik untuk kewibawaan, untuk pelet menarik perhatian, ada juga untuk pelindung dari marabahaya. Dalam hati ia tertawa, kok percaya orang pada takhayul dan sirik. Tapi ia tak mempermasalahkannya. Karena dengan itu, ia bisa bertahan di kejamnya dunia.
Ada seorang pedagang kaki lima menjual aksesories. Ia baru saja di-PHK. Ia masih kikuk dan malu-malu menawarkan dagangannya. Namun tuntutan anak dan istrinya melenyapkan rasa malunya.
Namun dari semua kisah itu ada kisah sama. Semua mengalaminya. Dikejar satpol PP. Tapi ditarik retribusi pasar juga. Inikah keadilan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H