Mohon tunggu...
Agung Nugroho
Agung Nugroho Mohon Tunggu... pegawai negeri -

membaca dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin yang Sederhana

30 Mei 2014   20:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:56 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(Pelajaran yang saya petik dari Khotbah Jumat siang ini) Salah satu hal yang menyelamatkan hidup di dunia dan akherat adalah hidup sederhana. Sederhana berarti tidak berlebih-lebihan serta tidak memamerkan kemewahan. Apapun situasi dan kondisi kita baik kita miskin atau kaya kita dianjurkan untuk hidup sederhana. Bahkan para nabi juga menganjurkan dan mencontohkan. Nabi Sulaiman AS yang diberikan kunci kekayaan oleh Allah SWT bahkan selalu melaksanakan ibadah puasa, suatu waktu beliau ditanya oleh pengawalnya mengapa beliau masih melaksanakan puasa padahal Allah SWT telah menganugerahkan kekayaan yang luar biasa kepada beliau. Nabi Sulaiman AS menjawab bahwa jika beliau tidak menjalankan ibadah puasa, beliau takut tidak bisa lagi merasakan penderitaan rakyat fakir di kerajaannya. Luar biasa contoh keteladanan seorang Nabi Sulaiman AS.

Sehubungan dengan kotbah jumat diatas menurut saya ternyata  masih sangat relevan jika dikaitkan dengan pemimpin baik itu pemimpin di daerah maupun pemimpin secara nasional. Pemimpin adalah seseorang yang seharusnya bisa dijakdikan teladan oleh rakyat yang dipimpinnya.

Dijaman yang mengedepankan kemewahan dunia dimana tampak jelas jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, saya mendambakan seorang pemimpin yang memberikan contoh dan keteladanan hidup sederhana. Hidup sederhana disini bukan berarti pelit. Dengan hidup sederhana dan tidak berfoya-foya serta tidak memamerkan kekayaannya maka sang pemimpin bisa lebih memahami rakyatnya serta akan berusaha lebih keras untuk mensejahterakan rakyatnya. Contoh kecilnya sang pemimpin tidak malu makan di warteg, maka dia akan bisa lebih menghayati kedudukan sebagai rakyat kecil dan sang pemimpin bisa lebih tahu kira2 berapa rupiah yg digunakan untuk sekali makan. Dan ini bisa berguna dlm pengambilan kebijakan misalnya untuk menetapkan Upah Minimum atau kebijakan yg tepat mengenai pengenaan pajak untuk Warteg.

Pemimpin yg hidup dalam kemewahan tidak akan bisa merasakan lebih dalam apa yg dirasakan oleh rakyatnya. Mereka akan tenggelam dalam kemewahan yg mereka punya sehingga rasa empati terhadap rakyat banyak akan semakin berkurang. Contohnya seorang pemimpin yang kemana-mana selalu menggunakan helikopter pribadi atau mobi mewah dengan pengawalan dari anak buahnya, maka dia tidak akan bisa merasakan bagaimana menggunakan transportasi umum. Hal ini bisa berpengaruh dalam pengambilan kebijakan transportasi. Atau seorang pemimpin yang menonjolkan rumah mewahnya beserta kandang2 kudanya dengan harga kuda yang gila2an, padahal disisi lain masih banyak orang yg kesulitan dalam membeli rumah.

Sebelum memberikan perintah dan arahan, pemimpin jadilah teladan dengan memberikan bukti nyata baru kemudian bisa mendapatkan respect dari masyarakat luas. Jangan jadi pemimpin dengan gaya hidup hedonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun