Dimuat di Rubrik Peduli Pendidikan, KR, Selasa/28 Februari 2012
http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=141307&actmenu=43
MENURUT Ir Hendri Risjawan, Quantum Teaching diperkenalkan Dr Georgi Lozanov. Ia seorang pendidik asal Sofia, Bulgaria. Sebelumnya, Lozanov sempat bereksperimen dengan suggestology. Ternyata sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Selanjutnya, Bobbi De Porter dan Mike Hernacki mengembangkan konsep Lozanov itu menjadi Quantum Learning. Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori mutakhir. Antara lain sugesti, teori otak kanan-kiri, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik) dan pendidikan holistik.
Konsep tersebut berhasil diterapkan di Super Camp. Sebuah lembaga pelatihan yang didirikan De Porter pada 1982 di California. Tak kurang dari 56.000 peserta telah mengikuti pelatihan tersebut (baca di http://en.wikipedia.org/wiki/SuperCamp).
Ia sempat mengadakan penelitian untuk disertasi Doktoral pada tahun 1991. Ada 6.042 responden yang dilibatkan. Ternyata, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa, yakni peningkatan motivasi 80 persen, nilai belajar 73 persen, harga diri 84 persen dan keterampilan 98 persen.
Uniknya, Quantum Teaching ini diibaratkan seperti rumus Quantum Physics-nya Einstein, E = mc2. "E" ialah Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat). "e" merupakan massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik). "c" adalah interaksi atau hubungan yang tercipta di kelas.
Artinya, komunikasi serta proses pembelajaran yang tercipta sangat berpengaruh pada efektivitas dan antusiasme belajar peserta didik. Istilah "Quantum" sendiri sinonim dengan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Dengan Quantum Teaching para guru dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan kanan secara sinergis. Penelitian di Universitas California mengungkapkan, masing-masing bagian otak mengendalikan aktivitas yang berbeda. Otak kiri menangani angka, sedangkan otak kanan mengurusi kreativitas.
Sedikit sharing pengalaman di kelas English Club, penulis berupaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Kenapa? Karena, "Learning is most effective when it is fun." Anak didik bisa belajar secara optimal bila situasi menunjang. Kami biasa menyanyi bersama dan mengadakan permainan (game). Tentu semua dikaitkan dengan materi pelajaran yang hendak disampaikan.
Selain itu, selama proses belajar mengajar berlangsung kami juga mendengarkan musik klasik dari Mozart, Beethoven dan alunan instrumental lainnya. Metode ini terinspirasi dari penelitian Dr Masaru Emoto. Bila kita mendengarkan musik yang ketukannya 50-60 kali permenit, molekul air (H2O) dalam tubuh akan merespons secara positif. Selamat mencoba di kelas masing-masing. q - m