[caption id="attachment_308080" align="alignleft" width="300" caption="Letusan Merapi"][/caption]
Saat warga sedang terlelap, Merapi justru meletus kembali. Saya menulis laporan pandangan mata ini dari daerah Pakem Yogyakarta. Tepatnya di belakang Rumah Sakit Panti Nugroho di Jalan Kaliurang Km 20 Yogyakarta.
Sejak jam 00.00 WIB tadi seruan dari speaker petugas SAR telah membahana. Mereka memperingatkan warga untuk berjaga-jaga. Masker wajib dikenakan.
Saya sempat keluar dari rumah sekitar jam 01.00-02.00 WIB. Tapi hanya sesaat, lantas kembali masuk. Karena hujan abu turun tebal sekali. Air selokan berwarna kecoklatan. Langit mendung, sehingga puncak Merapi tak tampak. Kadang terdengar gemuruh, saya bertanya-tanya itu dari suara petir ataukah perut Merapi?
Warga Gempol, tempat base camp saya, banyak yang mengungsi ke arah selatan. Menuju ke kota Yogyakarta. Mereka mengendarai motor dan mobil. Melintasi jalan beraspal yang ditutupi oleh abu vulkanik Merapi.
Saat saya menulis ini, hujan abu sudah mulai menipis. Tetap berdoa dan bersiap-siaga menghadapi segala kemungkinan. Sebelum kejadian, ikan-ikan di dalam kolam berlompatan ke udara. Saya mengira ada ular di dalam kolam. Ternyata itu suatu pertanda. Makhluk yang katanya tak berakal itu lebih peka ketimbang kita manusia. Demikian laporan pandangan mata buat kompasiana.com. Terimakasih
Sumber Foto: www.google.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H