Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Jurnalistik Luwi Ishwara

25 Juni 2011   06:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:11 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya surat kabar memiliki 2 pengaruh. Pertama, pengaruh sosial yang tidak dijual. Kedua, pengaruh komersial atas keputusan konsumen untuk membeli sebuah surat kabar. Pengaruh sosial niscaya mendongkrak pengaruh komersial. Media yang berpengaruh memiliki pembaca setia. Hal ini menjadi magnet bagi para pemasang iklan.

Menurut buku ini, sinergi antara idealisme dan bisnis menjadi tantangan media saat ini. Claude Sitton, direktur editorial dan wakil presiden Observer Publishing Company berpendapat, “Surat kabar yang tidak sehat dalam bisnisnya menjadi lemah. Keadaan ini justru rentan terhadap pihak-pihak yang ingin memanfaatkan media untuk kepentingan pribadi.” Kendati demikian, Ellen Hume mengingatkan agar media tidak sekedar menjadi buckrakers alias pengeruk uang.

Pada saat yang sama, media juga musti memiliki idealisme sebagai pembongkar penyelewengan (muckrakers). Sebagai pilar ke-4 demokrasi, media musti menegakkan keadilan. Joseph Pulitser mengatakan bahwa ketakutan seseorang akan dibongkar oleh surat kabar, dibandingkan oleh hukum, moral, atau undang-undang, telah mencegah berbagai kejahatan dan tindakan tidak bermoral.

Buku ini juga membahas penyelidikan independen oleh pers dengan cara menginvestigasi kegiatan pemerintah, bisnis, dan lembaga publik. Sehingga surat kabar dapat memberi informasi kepada masyarakat mengenai isu yang menjadi keprihatinan bersama. Genre ini dikenal sebagai watchdog journalism atau peran jaga jurnalisme.

Di kutub lain, terdapat jurnalisme sampah (junk journalism), misalnya berupa pembeberan isu pelecehan seksual di halaman muka. Harold Evan, seorang mantan editor The Times menawarkan solusi, “Kalau saja sepersepuluh dari energi yang dikeluarkan untuk mengintai kehidupan pribadi seseorang dimanfaatkan untuk memantau kekuasaan yang nyata, untuk analisis, dan perbaikan penulisan dan akurasi kita akan luar biasa menjadi lebih baik (halaman 38).

“When something can be read without effort, great effort has gone into its writing,” begitulah pendapat Enrique Poncela dalam buku ini. Novelis Spanyol tersebut berbagi rahasia proses kreatifnya. Menurut  naskah sandiwara bila suatu tulisan dapat dibaca tanpa bersusah payah disebabkan karena kesulitan yang besar telah hilang ke dalam penulisannya. Dengan kata lain, menulis yang susah (dimengerti) itu mudah, sedangkan menulis yang mudah (dimengerti) itu susah.

Aturan Emas

Aturan emas (the golden rule) kehidupan berlaku pula dalam dunia jurnalistik, “Menulislah untuk orang lain seperti Anda menginginkan orang lain menulis untuk Anda.” Lewat buku ini Luwi Ishwara juga mengajak kita bersikap skeptis. Janganlah menerima suatu berita begitu saja dan menganggap semua itu benar adanya (taken for granted). Kita musti mendukung segala kesimpulan dengan fakta. Selain itu,  kerja profesional mensyaratkan dokumentasi sumber-sumber yang sahih dan dapat dipercaya.

Oscar Wilde seorang pengarang terkenal mengatakan bahwa sikap skeptis ialah awal dari kepercayaan, sedangkan orang sinis adalah orang yang melulu tahu mengenai harga (price) tapi sama sekali tidak paham ihwal nilai (value) apapun. H. L Mencken, pendiri majalah satir The Smart Set ini mengatakan bahwa orang yang sinis seperti orang yang ketika mencium keharuman bunga, justru matanya melihat ke sekelilingnya mencari peti mati.

Prinsip dasar: KISS and Tell juga diulas dalam buku ini. Wartawan perlu menghindari kalimat yang rumit. Buatlah kalimat yang  singkat (short) dan sederhana (simple). Yang tak kalah penting, berceritalah (tell). Gaya ini memang berbanding terbalik dengan laporan kaum birokrat. Mereka cenderung menggunakan bahasa formal dan berkepanjangan (halaman 130)

Dari segi isi relatif lebih informatif dan tak membosankan. Luwi menceritakan pengalaman Ernest Hemingway (1899-1961). Tenyata sebelum menjadi penulis novel, Hemingway pernah menjadi wartawan. Ia sempat diundang menghadiri konferensi pers Benito Mussolini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun