Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Universalitas Ajaran Shri Krishna

19 November 2010   04:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:29 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12901410491589366109

Dimuat di Majalah Suluh FPUB - Forum Persaudaraan Umat Beriman (Edisi Mei - Juni 2007)  Judul Buku : The Gita of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda Berwawasan Modern Penulis : Anand Krishna Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Terbitan : I, April 2007 Tebal : ix + 322 halaman Harga : Rp 50.000  "Bhagavad Gita adalah kitab suci bagi seluruh umat manusia. Bahkan bukan sekedar kitab, ia adalah sesuatu yang hidup, dengan pesan baru bagi setiap zaman, dan arti baru bagi setiap peradaban," tulis Sri Aurobindo, seorang Filsuf dan juga Rohaniwan berkebangsaan India. Dalam falsafah Jawa ada paribasan: "Rame ing gawe, sepi ing pamrih" (giat dalam berkarya tanpa pamrih). Nilai kearifan lokal (local wisdom) ini selaras dengan pesan universal yang termaktub dalam The Gita of Management. Menurut Anand Krishna, penulis buku ini, keselarasan tersebut bukanlah suatu kebetulan, karena budaya India dan Indonesia terlahir dari satu rahim yang sama, yaitu peradaban di sekitar Ibu (baca: Sungai) Sindhu yang membentang dari Gandahar (sekarang Pakistan) sampai Astraley (kini Australia). Keselarasan tersebut telah berlangsung lama, misalnya, Perdana Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru tercatat sebagai tamu kenegaraan pertama yang berkunjung ke Indonesia Merdeka 62 tahun silam. Sejarawan Arab menyebut peradaban Shindu dengan istilah Hindu. Orang Barat menamainya Indies, Hindia, atau Indo. Hindu sejatinya bukan mengacu pada nama agama tertentu melainkan khasanah kearifan lokal Nusantara tercinta. Begitulah paparan pembuka dari penulis buku produktif keturunan India yang lahir di Surakarta ini. Buku ini secara struktural terdiri dari tiga bagian. Dua bagian awal mengulas paradigma berfikir yang mepengaruhi tata kehidupan umat manusia dewasa ini. Yakni ajaran Sun Tzu dalam The Art of War serta petuah Shri Krishna kepada Arjuna dalam Bhagavad Gita. Filsafat dasar ala Sun Tzu mengedepankan tipu muslihat guna mengalahkan musuh. Sun Tzu lahir di negara bagian Qi di daratan Cina pada tahun 481 masehi. Semasa kecil, ia suka menonton arak-arakan pasukan kerajaan yang dipimpin seorang jenderal berbusana militer lengkap dan mewah. Sun Wu (nama kecilnya) berkata, "Ah kalau sudah besar nanti aku mau jadi jenderal!". Begitu menginjak usia remaja, obsesi itu kian kuat, hingga terciptalah magnus opus seputar perang: The Art of War. Saat ini Bhagavad Gita mulai menggeser posisi The Art Of War, termasuk dalam ilmu managemen. Misalnya sehubungan dengan insentif finansial, bagi Sun Tzu, rakus itu baik namun menurut Shri Krishna, rakus itu buruk. Hal tersebut diperlihatkan dalam pesan Maha Guru Ksatria Arjuna di padang Kurusetra, "Jangan pernah melakukan sesuatu hanya karena imbalan!" Ajaran luhur Shri Krishna tersebut terbukti mampu melampaui dualitas baik-buruk. Beliau mengajak manusia mempraksiskan bhakti atau berkarya tanpa pamrih dalam keseharian ziarah hidup. Artinya, berupaya sekuat tenaga sekaligus rileks tanpa terlalu memusingkan hasil akhir. We reap what we sow (kita menuai apa yang kita tanam). Atau dalam fisika modern mekanisme ini disebut dengan hukum aksi-reaksi. Pada bagian penutup Anand Krishna melukiskan corak karakter seorang pemimpin sejati versi Bhagavad Gita kontemporer. Istilahnya ialah Trisila Kepemimpinan. Sane Leadership (Kepemimpinan yang waras sekaligus kewarasan seorang pemimpin), kepemimpinan yang efektif dan efisien, serta punya semangat persahabatan dengan klien, rekan sejawat, atasan, bawahan, pemerintah, lingkungan dan alam semesta. Bahkan seorang pesaing pun tidak perlu dimusuhi sebab ia bisa menjadi pemicu kreatifitas dan produktifitas. Nilai-nilai keutamaan dalam The Gita (lagu) of Management tak hanya relevan diterapkan dalam lokus bisnis, melainkan juga dalam hidup sehari-hari. Buku ini ialah panduan untuk meniti ke dalam diri dan menjadi pemimpin sejati. Setidaknya menjadi pemimpin atas diri sendiri. Sehingga eksistensi kita bisa berguna bagi sesama sesuai peran kita di lingkar pengaruh masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Swami Vivekananda, Pujangga besar India yang banyak mengilhami para founding fathers Republik Indonesia, "Cara untuk menggapai kesempurnaan hidup adalah dengan berkarya tanpa pamrih! " (hal 156). Nilai kutamaan itu pulalah yang dijelaskan oleh Shri Krishna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun