Mohon tunggu...
E. Nugroho
E. Nugroho Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, ilmuwan, seniman, pengamat bahasa

Dokter, pengamat bahasa, pengamat sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keinginanku: Ketemu Setan (1)

26 Mei 2014   22:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:05 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah berdiri bulu kudukmu waktu di tempat gelap? Di gedung besar, di kamar yang besar, berbau agak apak, asing, cenderung gelap, dengan penerangan seadanya, ada sedikit gema tiap kaki melangkah, dan suara tukang sate di kejauhan dibalas dengan derik atau cicitan di ujung kamar. Bulu di kuduk berdiri, kedua lengan terasa merinding, otot-otot dagu mengencang tegang, terasa jantung berdetak, kaki ringan bagai kaki kijang yang siap lompat diterkam singa... Ada setan! Iblis, jin, roh halus, entah apa lagi namanya. Tidak tahu...

Orang pun segera berdoa, meminta kekuatan dan ampunan serta lindungan Tuhan, atau mendaraskan ayat-ayat pengusir setan. Semuanya akan berakhir bila lampu menjadi terang, atau datang orang yang kita kenal, atau kita lari. Setan pun hilang.

Kalau bicara setan, yang aku maksud adalah roh jahat yang ingin membinasakan jiwa manusia, menjauhkan manusia dari Tuhan, menginginkan manusia berbuat jahat, sehingga akhirnya kita masuk ke kerajaan setan: neraka yang kekal. Hampir di semua agama diajarkan bahwa iblis, setan itu pintar sekali. Ada yang mengatakan setan adalah malaikat yang menjadi jahat dan melawan Tuhan. Pendeknya, IQ nya tinggi, tidak jongkok.

Lalu, kalau IQ setan begitu tinggi, kenapa dia menakuti manusia sehingga kita mendekat pada Tuhan? Akibatnya, kita jadi berdoa, memegang kitab suci, mendekatkan diri dan menyerahkan diri pada perlindungan Tuhan...  Tidak mungkin! Bagaimana mungkin setan menyuruh kita berdoa!

Setan yang sebenarnya tidak menunnggu di rumah kuno yang gelap tadi. Dia menanti di tempat keramaian, di diskotek, menawarkan obat terlarang pada kita, atau menawarkan wanita cantik pada pria-pria iseng. Dan bila kau terlena, masuklah kau dalam jeratan setan. Dia menunggu waktu ibu-ibu ramai arisan. Menunggu saat untuk masuk, membisikkan pada ibu-ibu untuk mengejek rekannya yang tidak datang, memamerkan tas Hermes atau Louis Vuitton yang baru, menghasut teman untuk benci mereka yang sukses, menghina yang miskin. Atau dia hadir di lobby hotel mewah, menawarkan suap untuk pejabat, sedikit mengambil uang rakyat toh tidak apa, bukan? Itulah setan. Tak terlihat; banyak ditemui di tempat ramai.

Lalu bagaimana dengan bulu kuduk yang berdiri di tempat gelap tadi? Itu adalah reaksi alamiah setiap makhluk. Orang biologi bilang, itu sisa evolusi manusia; dulu nenek moyang kita hidup di gua-gua gelap, dengan banyak hewan liar mengancam. Kucing, anjing atau singa juga akan tegak bulunya  bila ada lawannya. Itu reaksi biasa, normal. Begitu juga manusia... Lalu apakah setelah tahu ini, lalu bulu kudukku tidak berdiri kalau di tempat gelap? Tidak juga... Kita ditakdirkan begitu. Sekadar tahu, sadar, dan lari lagi kalau takut...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun