Mohon tunggu...
Nugroho Widiyanto
Nugroho Widiyanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Ikut berjuang untuk Indonesia yang taat hukum, adil, plural dan sejahtera twitter:@nugroho1971

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Genderang "Perang" Tim Transisi Sudah Ditabuh

14 Mei 2015   05:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Bagi kita orang Indonesia, kita terbiasa dinyenyakkan oleh keadaan: "Business goes as usual". Tanpa kita sadari sistem yang dibangun itu menutup peluang untuk bertindak adil, transparan dan bermartabat. Contoh paling gampang adalah mengurus SIM. Pencari SIM harus berada dalam situasi dimana untuk mendapatkan SIM dengan cara benar sulitnya minta ampun sehingga mayoritas orang akan masuk dalam lingkaran sistemik yang menguntungkan calo baik berseragam ataupun tak berseragam. Begitu tak berdayanya kita melawan sistem itu sehingga disebut adanya mafia.

Pemerintahan Jokowi_JK juga melihat hal yang mirip dalam tata kelola di masyarakat, baik dalam jajaran birokrasi maupun non pemerintahan. Rakyat kebanyakan memang tak selalu bisa jeli melihatnya. Kita hanya tahu harga BBM tertera di Pom bensin...that's it. Kalau naik ya protes..kalau turun..hmmm diam saja :) Kita sering tidak sadar bahwa ada permainan dalam tata kelolanya sehingga harga yang terpampang itu terjadi karena adanya tangan-tangan yang tak kelihatan yang memaksa sistem untuk mengikuti kehendaknya.

Menariknya, ada saja orang-orang yang berani untuk mengkritisi sistem dan mencoba membongkar agar tata kelola yang ada semakin baik. Bu Susi melakukannya di sektor perikanan, Pak Said melakukannya di sektor perminyakan lewat Tim yang dipimpin Pak Faisal Basri...dan kini Menpora mencoba (kembali) membongkar sistem tata kelola persepakbolaan nasional, sebuah usaha yang juga dilakukan menpora sebelumnya.

Mengapa saya dan banyak orang menyebut sepakbola ini dikuasai mafia? Bayangkan...seorang ketua PSSI bisa memimpin lewat penjara dan akan dipilih lagi (kalau saja saat itu TNI AD tidak memblok arena Kongres di Riau). Sebuah kepengurusan hasil rekonsiliasi yang syah bisa tertatih-tatih bergerak bahkan untuk membuat Timnas karena gerakan KPSI yang melarang anak bangsa untuk membela negaranya karena elit mereka tidak dilibatkan. Sementara itu, para suporter hanya maunya melihat tim mereka bermain....persis seperti kita hanya menatap papan harga BBM..tanpa peduli darimana harga itu didapatkan.  Hal yang mirip juga terjadi pada sikap tak peduli kita terhadap ikan-ikan di laut kita yang sebenarnya melimpah....tapi kita tak sadar, triliunan rupiah diambil oleh negara lain atau dijual ke negara lain dengan harga murah. Menpora melihat dari kaca mata yang jernih bahwa ada sesuatu yang membuat para voters itu bak kerbau yang dicongok hidungnya sehingga hanya satu kelompok itu yang berkuasa di jagad sepakbola nasional. Semuanya sistemik....semua diam....semua menikmati permainan ini tanpa ada alternatif lain!!

Tadi malam, Tim Transisi sudah rapat perdana. Sebenarnya Tim ini dibentuk dengan mempertimbangkan keanekaragaman politik dan daerah sehingga ada nama-nama Pak Kamil (relatif dekat dengan KMP) dan Pak Velix (orang SBY). Sejak awal saya pesimis bahwa Pak Kamil berkenan....tetapi saat beliau menyatakan bersedia, ada sebongkah harapan bahwa misi Tim Transisi ini akan berhasil. Tetapi, saya akhirnya maklum kalau beliau mundur....bagaimanapun beliau digadang-gadang KMP untuk menjadi pemimpin masa depan, baik sebagai gubernur DKI di 2017 maupun RI 1 atau RI 2 di 2019. Dalam perhitungan politik, keterlibatan di Tim Transisi yang harus menghadapi kekuatan besar, dan sebagian besar merupakan teman sendiri, pasti sangat berat bagi beliau. Hal ini jelas beda banget dengan hajatan KAA yang didukung oleh semua kekuatan politik yang ada...beliau akan berani total.

Tapi ..the show must go on. Tim Transisi sudah memilih mantan Ketua KPK Pak Bibid yang juga mantan Jendral polisi sebagai Ketua dan Pak Paulus, mantan Komandan Kopasus sebagai wakil ketua. Dari pemilihan pimpinan Tim Transisi ini memperlihatkan bahwa 'perang' melawan mafia ini bukan perkara sepele, sehingga yang memimpin harus orang-orang yang KUAT dan KERAS!  Yang dihadapi adalah sebuah oligarki ekonomi politik yang siap menempatkan massa yaitu suporter didepan untuk menghadang langkah pembongkaran tata kelola sepakbola nasional.


Dalam twitternya, Zuhairi Misrawi, salah satu anggota Tim Transisi menyatakan: Presiden Jokowi berhasil melawan mafia ikan, mafia minyak, dan sekarang saatnya melawan mafia sepakbola. Bismillah.

Luruskan barisan para pendukung pembersihan wajah sepakbola nasional....bersatulah dibawa panji Tim Transisi dibawah orang bersih dan cinta negara: Bibid "KPK" Samad dan Lodewik "Kopasus" Paulus.....Negara tak boleh kalah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun