Tampaknya hasil Pilkada DKI tidak jauh beda dengan hasil survey: Akan terjadi dua putaran dan paslon 2 dan 3 yang akan maju.Â
 Banyak orang berpikir bahwa pemilih paslon 1 pasti akan memilih paslon 3 di putaran kedua sehingga Anies Sandi menjadi gubernur DKI baru. Asumsinya adalah hasil sementara ini menunjukkan bahwa petahana tidak disukai mayoritas pemilih karena issue SARA. Kasus yang menjerat Ahok memang membuat sebuah anomali luar biasa.Â
Dengan tingkat kepuasan warga atas hasil kinerjanya yang mencapai kisaran 70%, sekitar 35 % diantarantanya memutuskan untuk tidak memilih sang terdakwa penistaan agama ini. Karena itu, logikanya menyatakan bahwa pemilih paslon no 1 akan segera mengalihkan pandangannya untuk memilih paslon no 3. Hal ini berkaca seperti saat Foke tidak mampu memperoleh hasil 50% plus 1 yang memaksanya untuk dua putaran dan akhirnya kalah karena rakyat menghendaki orang yang kerja nyata seperti Jokowi-Ahok. Tetapi, ini logika yang belum tentu benar.
Saya berbeda dengan pandangan diatas.  Saya berpikir bahwa putaran kedua pilkada DKI tak kalah serunya :)Â
Berbeda dengan Foke yang dipertanyakan kinerjanya dalam penanganan masalah akut Ibukota yaitu MACET dan BANJIR,......Ahok justru dipertanyakan karena kasus penodaan pada agama Islam...justru saat Ahok (dan Jokowi) memperlihatkan kinerja luar biasa dalam masalah akut diatas.Â
Pulang Kampungnya Partai-partai Islam pendukung Pemerintah
Karena yang menjadi masalah adalah penodaan pada agama Islam, satu-satunya obat yang manjur kalau Ahok-Djarod mau menang pilkada putaran kedua adalah adanya dukungan partai dan ormas-ormas Islam. Saya perkirakan bahwa pada putaran kedua, partai pendukung pemerintah yang merupakan pilar pemilih Islam: PKB, PPP dan PAN akan 'pulang kampung' ke Jokowi-JK. Bahkan bisa jadi PPP Romi dan PPP Djan akan bersatu dalam satu kepengurusan. Hal ini tak lepas dari kepentingan Pilpres 2019 dimana tampaknya kontestasi Pak Jokowi dan Pak Prabowo akan kembali terjadi.
Dari sekarang sampai pada pencoblsan tahap kedua, Â sidang Ahok akan mulai masuk pada saksi-saksi yang meringankan Ahok, baik saksi fakta maupun saksi ahli. Para saksi ini akan sangat mempengaruhi psikologi pemilih. Kesaksian kakak angkat Ahok dipersidangan misalnya akan semakin menunjukkan bahwa Ahok tidak memiliki niatan untuk menistakan agama keluarganya sendiri. Belum lagi saksi-saksi ahli agama maupun bahasa yang tidak kalah kredibilitasnya dengan saksi yang diajukan jaksa.Â
Apalagi kalau laporan-laporan kesaksian palsu yang dilaporkan kubu Ahok juga sudah ditangani pihak kepolisian. Masih ditambah lagi belitan kasus yang menjerat para tokoh-tokoh FPI dan GNPF. Lihat saja pernyataan terakhir Ketua MUI, KH. Maaaruf Amin, yang jauh lebih lunak dan bijak tentag memilih dalam pilkada. Hal-hal ini akan membuat sentimen negatif pada Ahok pun akan semakin menurun. Perilaku Ahok yang semakin santun juga akan menjadi nilai plus.
Saya sangat percaya pemilih Muslim adalah pemilih yang rasional dan bukan emosional..Sesuai dengan pernyataan beberapa teman Muslim saya yang membanggakan betapa rasionalnya agama yang mereka anut. Karena itu saya percaya sang waktulah yang akan menjawab betapa rasionalitas pemilih Muslim ini diwujudkan mengingat betapa tinggi tingkat kepuasan terhadap kinerja Gubernur Ahok. Kelompok ini yang perlu diyakinkan bahwa ini adalah pemilihan pelayan masyarakat, bukan pemilihan teori atau retorika terbaik...
Akan tetapi saya sadar bahwa dalam kontestasi bisa saja Anies-Uno yang menang. Kalau toh akhirnya Ahok kalah...ya gak apa2..setidaknya yang mengalahkan adalah mantan Mentri dan teman dekat Pak Jokowi, Pak Jokowi dan Pak Prabowo pun selama ini hubungannya baik walaupun beda posisi.