Diplomasi perdagangan telah menjadi fokus utama Indonesia dalam memperluas jangkauan ekonominya di pasar internasional, dan salah satu negara yang menjadi target utama adalah Afrika Selatan. Afrika Selatan, sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat di Afrika, memiliki potensi besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kerja sama perdagangan bilateral.
Untuk memperluas pasar ekspor dan memperdalam hubungan ekonomi dengan Afrika Selatan, Indonesia telah meluncurkan serangkaian inisiatif diplomasi perdagangan. Berbagai diplomasi perdagangan yang dilakukan Indonesia, seperti mengadakan forum JTC (Joint Trade Committee) dengan Afrika Selatan, melakukan konsultasi bilateral, dan memanfaatkan kerja sama ekonomi multilateral, seperti IAF (Indonesia-Africa Forum) dan IORA (Indian Ocean Rim Association), untuk memperkuat hubungan perdagangan.
JTC adalah forum untuk membicarakan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara. Pertemuan ini telah berlangsung selama tiga kali dan terakhir dilaksanakan pada Juli 2017 di Pretoria, Afrika Selatan. Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan, terus mendorong kembali diadakannya pertemuan antara Indonesia dan Afrika Selatan ini yang sempat tertunda karena pandemi Covid-19.
Pada periode 2014-2019, target ekspor Indonesia ke Afrika Selatan ditetapkan sebesar 1,3 miliar USD. Namun, target tersebut belum sepenuhnya tercapai. Terjadi defisit perdagangan pada tahun 2018 dan 2019, tetapi hal ini tidak menjadi satu-satunya tolak ukur dalam mengevaluasi capaian diplomasi perdagangan Indonesia di Afrika Selatan.
Indonesia juga berupaya membentuk perjanjian penurunan tarif melalui PTA (Preferetial Trade Agreement) baik dengan organisasi SACU (Southern African Customs Union) maupun secara bilateral dengan Afrika Selatan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat industri manufaktur kedua negara, terutama di sektor peralatan militer, produk makanan olahan, dan pertanian. Walaupun belum terlaksana, upaya ini mendapatkan dukungan dan keterbukaan dari Afrika Selatan untuk melakukan PTA secara bilateral.
Dalam menjalankan diplomasi perdagangan, Indonesia berhasil menghindari tuduhan anti-dumping dari Afrika Selatan pada periode 2015-2019. Meskipun tantangan masih ada, hubungan perdagangan antara kedua negara tetap positif, yang ditunjukkan dengan kunjungan yang dilakukan. Pasar perdagangan Afrika Selatan masih memberikan potensi positif bagi Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, perdagangan antara Afrika Selatan dan Indonesia telah mengalami peningkatan pesat. Total perdagangan kedua negara mencapai USD 2,06 miliar antara Januari dan Juli 2022, naik 46,92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD 1,40 miliar. Nilai perdagangan keseluruhan juga meningkat 122,16 persen dari tahun 2020 menjadi USD 2,80 miliar pada tahun 2021. Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan didominasi oleh minyak kelapa sawit, mobil, kopra, karet alam, dan aksesoris kendaraan bermotor, sementara impor utama negara dari Indonesia meliputi ferro-alloy, bijih kromium, bubur kayu kimia, bijih besi, dan bijih mangan
Pada periode awal pemerintahan Jokowi, Indonesia masih dalam tahap perkenalan di pasar perdagangan Afrika Selatan. Meskipun sudah menjalin hubungan bilateral lama, Indonesia masih dianggap sebagai pendatang baru. Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan usahanya agar lebih terlibat dalam pasar Afrika Selatan. Salah satu tantangan utama adalah tingginya tarif yang ditetapkan, yang membuat pelaku usaha Indonesia enggan mengembangkan pasar di sana. Upaya penurunan tarif belum berhasil dicapai. Selain itu, Indonesia dapat memanfaatkan diplomasi ekonomi lain, seperti diplomasi komersial, dengan melakukan promosi perdagangan melalui pameran dan kegiatan lainnya.
KBRI di Pretoria dan Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Johannesburg dapat berperan dalam menyelenggarakan kegiatan untuk meningkatkan perdagangan Indonesia di Afrika Selatan. Misalnya, pameran seperti "Pasar Indonesia" yang telah diadakan dapat menjadi wadah untuk memperkenalkan produk Indonesia kepada masyarakat Afrika Selatan. Melalui promosi perdagangan yang beragam, diharapkan pengetahuan dan minat masyarakat Afrika Selatan terhadap produk Indonesia semakin meningkat.
Selain promosi perdagangan, Indonesia juga dapat mempertimbangkan sistem imbal dagang atau imbal beli dengan Afrika Selatan untuk mencapai neraca perdagangan yang seimbang. Melalui pembelian atau impor bijih besi atau mineral lainnya, Indonesia dapat mendukung industri dalam negeri dan sekaligus meningkatkan ekspor produk unggulan seperti kelapa sawit dan turunannya.
Investasi dan joint venture juga menjadi alternatif yang bisa digunakan untuk memasuki pasar Afrika Selatan. Melalui kerja sama dengan perusahaan garmen Indonesia dan UMKM Afrika Selatan, contohnya melalui pendirian perusahaan gabungan Pan Africa, potensi ekspor tekstil Indonesia dapat meningkat. KBRI Pretoria dan ITPC Johannesburg berperan penting dalam memfasilitasi investasi dan kerja sama ini.
Dengan berbagai pilihan yang tersedia, Indonesia terus berupaya meningkatkan potensi pasar di Afrika Selatan. Melalui upaya promosi perdagangan dan inisiatif investasi, Indonesia dapat mencapai kesuksesan dalam diplomasi perdagangan. Meskipun tidak semua upaya diplomasi perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan menghasilkan kesepakatan yang konkret, hubungan perdagangan antara kedua negara tetap positif dan menawarkan ruang untuk perbaikan.