Mohon tunggu...
Nugraha Ramadhan
Nugraha Ramadhan Mohon Tunggu... -

Pengembara, (masih) mahasiswa, musisi lepas, tertarik dengan desain grafis, mencoba menjadi seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sekilas Pandang: Kelompok-kelompok Masyarakat dalam Pandangan Perpolitikan Bangsa

5 Maret 2014   01:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjelang Pemilu 2014 yang sebentar lagi akan dilaksanakan, tentunya tahun ini menjadi tahun pertarungan politik yang sangat hebat. Tidak hanya capres-cawapres dan caleg yang bertarung dalam pemenangan pemilu, partai politik pengusung calon serta pendukung setia para calon tersebut juga gencar melancarkan opini-opini dan klaim-klaim yang membangun citra positif calon untuk mendapatkan suara.

Pemilu tahun 2014 ini, sebagai pemilu ketiga pascareformasi nampaknya belum menunjukan perubahan dinamika politik yang signifikan. Oligarki partai-partai penguasa orde baru nampak masih belum tergoyahkan dari kursi kekuasaannya. Meski beberapa partai tampak ‘seolah-olah’ baru, sejatinya para pendirinya adalah ’jebolan’ partai penguasa orde baru. Di lain sisi, beberapa partai politik lain tampak membawa angin segar dengan mencoba melakukan pembaharuan dengan visi-visi besar yang mereka usung, namun gaungnya di masyarakat masih kalah besar dibandingkan partai-partai yang memiliki sejarah berkuasa.

Tahun 2014 sebagai tahun politik dan tahun pesta demokrasi bukan berarti tanpa konsekuensi. Diperkirakan pada pemilu 2014 ini, angka golput akan mengalami peningkatan. Tingginya angka golput bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang melatarbelakanginya, mulai dari hal-hal yang sifatnya klenik, kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah saat ini juga disebut-sebut berhubungan dengan tingginya angka golput.

Saya melihat setidaknya ada 4 kelompok besar masyarakat dalam perpolitikan bangsa saat ini. Saya menyebutnya kelompok sekuler-demokratis, religius-demokratis, religius-apatis, serta apatis-multidimensional.

Pertama, kelompok sekuler-demokratis, yaitu kelompok yang percaya bahwa Indonesia hanya bisa dikelola dengan jalan demokrasi tanpa menyisipkan sama sekali unsur agama di dalamnya. Agama didefinisikan hanya sekelompok ritual-ritual yang bersifat individual. Kelompok ini juga percaya bahwa hukum positif adalah hukum tertinggi yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara, tanpa ada campur tangan hukum agama di dalamnya. Kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar yang mendominasi dinamika perpolitikan dunia. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa merupakan contoh-contoh negara yang mengusung ideologi ini dan berpengaruh besar terhadap penyebarannya.

Kedua, kelompok religius-demokratis, yaitu kelompok yang percaya bahwa hukum Tuhan merupakan hukum mutlak tertinggi yang dianugerahkan bagi semesta alam, lebih tinggi dari hukum-hukum lain termasuk hukum positif sekalipun. Agama bagi mereka didefinisikan sebagai bentuk hubungan vertikal dan horizontal yang harus diaplikasikan seutuhnya. Hubungan vertikal yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan yang dilaksanakan dengan jalan ibadah ritual, sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya yang juga merupakan ibadah namun bersifat aplikatif bagi masyarakat. Menurut mereka, kedua hubungan ini harus dibangun dan sama-sama seimbang, namun tetap tidak terlepas dari landasan hukum agama.

Sebagai pengusung ideologi yang berlandaskan agama, demokrasi tidak sepenuhnya salah menurut mereka, karena demokrasi bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk melanggengkan ideologi dan hukum-hukum Tuhan dan agama. Demokrasi menurut mereka adalah salah satu jalan yang paling realistis untuk ditempuh ketimbang melakukan kudeta, apalagi dengan mengangkat senjata untuk melanggengkan ideologinya.

Ketiga, kelompok religius-apatis, yaitu kelompok yang sama-sama beranggapan bahwa hukum Tuhan berada di atas segala-galanya, dan bahwa tidak ada hukum yang lebih mutlak daripada hukum agama. Kelompok ini percaya bahwa kemerdekaan dan kemajuan bangsa hanya bisa dicapai dengan berasaskan ideologi-ideologi agama sebagai landasannya. Demokrasi bagi mereka adalah hal yang sangat terlarang untuk ditempuh. Bahkan, beberapa kalangan menganggap bahwa demokrasi merupakan jalan haram nan sesat menuju kesengsaraan dunia dan akhirat, karena bertentangan dengan hukum Tuhan.

Bagi kelompok ini, satu-satunya jalan melanggengkan ideologi mereka adalah dengan menyuarakan ideologi mereka secara masif kepada seluruh lapisan masyarakat. Seruan yang kurang lebih berisikan imbauan untuk meyakinkan masyarakat bahwa hanya dengan berlandaskan hukum Tuhan dan agama lah, kemaslahatan bisa diperoleh. Bahkan mereka tak segan-segan untuk berjuang sampai mati jika memang jalan itulah yang harus ditempuh untuk melanggengkan hukum Tuhan.

Keempat, kelompok apatis-multidimensional adalah semua kelompok yang memilih untuk tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan demokrasi dan perpolitikan karena berbagai sebab. Misalnya karena tingkat pendidikan yang rendah, sulitnya akses untuk ikut berpartisipasi langsung, serta hilangnya kepercayaan mereka terhadap kepemimpinan dan visi-visi besar yang terasa utopis, namun tidak kunjung membawa manfaat bagi mereka.

Keempat kelompok yang saya jabarkan di atas merupakan gambaran secara sekilas mengenai kondisi perpolitikan di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada kelompok-kelompok lain yang tidak termasuk ke dalam penjabaran di atas. Namun perlu kita sadari bahwa kelompok-kelompok ini berjalan secara paralel dalam membangun bangsa dan citranya di mata dunia.

Kelompok-kelompok ini, dengan segudang ideologi yang diusungnya tetap memiliki klaim kebenarannya masing-masing. Namun, hal tersebut juga merupakan cerminan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana setiap orang di Indonesia berhak untuk memilih prinsipnya sendiri yang ia yakini kebenarannya.

Pilihan selalu ada, namun nasib bangsa ini berada di tangan kita. Kita yang memilih untuk menentukan nasib bangsa setahun, lima tahun, sepuluh tahun bahkan ratusan tahun ke depan. Tanpa partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat tidak mungkin kemaslahatan bangsa ini bisa terwujud. Setiap orang berhak memilih dan menentukan prinsipnya, namun jangan sampai prinsip-prinsip yang kita pilih tersebut menjadi modal untuk menyinggung satu sama lain dan menjadi modal perpecahan bangsa.

Semoga bangsa dan negara ini selalu berada dalam lindungan Tuhan. []

“Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepada anda, tapi tanyakan apa yang telah anda  berikan kepada negara” –J.F. Kennedy


Purwokerto, Maret 2014

Nugraha Ramadhan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun