Mohon tunggu...
Nugraha Ramadhan
Nugraha Ramadhan Mohon Tunggu... -

Berusaha Tajam Bukan untuk Melukai, Berusaha Pintar Bukan untuk Menggurui

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak-anak Bangsa Ini Lupa Bahwa Mereka Punya Bahasa

15 Oktober 2013   03:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


"Sekarang pertanyaanya bukan bagaimana caranya kita belajar bahasa dunia, tapi bagaimana kita menduniakan Bahasa kita"-  Unknow

Setiap Negara sudah barang pasti mempunyai bahasa nasionalnya sendiri. Akan tetapi tidak semua Negara mempunyai bahasa nasional yang asli dari negaranya. Sebagai contoh, Malaysia memilih bahasa inggris sebagai bahasa nasionalnya, sedangkan Jerman mempunyai bahasa jerman yang asli bersal dari bangsa Arya. Hari ini Indonesia merupakan Negara yang mempunyai bahasa nasional asli dari bangsanya sendiri, Bahasa Indonesia. Tapi ironisnya, sebuah identitas bangsa yang seharusnya di pandang tinggi ini, di kerdilkan sendiri oleh anak-anak bangsanya.

Sebelum masuk terlalu jauh ke dalam inti daripada masalah, penulis ingin menyamakan frame berfikir terlebih dahulu tentang apa yang kita pahami tentang bahasa. Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Artinya, jika melihat dari definisi tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, atau bahkan mungkin sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.

Indonesia sebagai Negara yang majemuk ternyata tidak hanya mempunyai satu bahasa. Berita yahoo merilis data bahwa terhitung oktober 2012 Indonesia memiliki  750 bahasa daerah sebagai bahasa leluhur, dan masih mempunyai kemungkinan bertambah lagi. Hari ini, di planet Bumi ini, ada 7000 macam bahasa. Artinya mengacu pada data yang di berikan yahoo tersebut, Indonesia mempunyai 10% dari total bahasa yang ada di dunia. Sungguh mengagumkan, sebuah anugerah yang wajib disyukuri oleh seluruh bangsa indonesia. Lebih jauh mengagumkan ketika kita melihat dengan perbedaan bahasa yang begitu banyak, sampai hari ini indonesia masih tetap satu, satu Indonesia. Apa sebab hal ini bisa terjadi, sudah barang pasti karena kita mempunyai bahasa pemersatu, BAHASA INDONESIA!!!!

Sedikit melihat sejarah ke belakang, kesepakatan memilih bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa melayu (Riau), sebuah bahasa Austronesia yang di gunakan sebagai lingua franca di nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Awal penciptaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Di sana, pada kongres nasional kedua di Jakarta, di canangkanlah penggunaan  bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pasca kemerdekaan. Presiden pertama saat itu, Ir. Soekarno  tidak memilih bahasa asalnya (bahasa jawa) dengan beberapa alasan diantaranya :

1.Jika bahasa jawa di gunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di republic Indonesia akan merasa irir dan di jajah oleh suku jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Indonesia

2.Bahasa jawa jauh lebih sukar di pelajari di bandingkan dengan bahasa melayu riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya jawa, ia dapat menimbulkan kesan negative yang lebih besar.

3.Bahasa melayu tiau yang di pilih, dengan pertimbangan pertama suku melayu berasal dari riau. sultan malaka yang terakhir pun lari ke riau selepas malaka di rebut oleh portugis. Kedua ia sebagai lingua franca, bahasa melayu riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya bahasa tionghoa hokkien, tio ciu, ke, ataupun dari bahasa lainnya.

4.Pengguna bahasa melayu bukan hanya terbatas di republic Indonesia. Pada tahun 1945, penggunaan bahasa melayu selain Indonesia masih di jajah inggris. Malaysia, brunei dan singapura masih di jajah inggris. Pada saat itu , dengan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan, di harapkan Negara-negara kawasan seperti Malaysia, brunei, dan singapura bisa di tumbuhkan semangat patriotic dan nasionalisme Negara-negara jiran di asia tenggara.

Niat dan tujuan yang mulia tersebut seiring berjalanya waktu, tidak di indahkan oleh anak bangsanya sendiri. Fenomena ciyus? Miapah?. Makin mengobrak-abrik situasi yang ada. Jika para founding father kita masih hidup dan menyaksikan hal ini, mungkin air mata darah akan mengalir dari matanya.

Realitas hari ini, Kita lebih memilih terhegemoni oleh bahasa asing. Mungkin ada kebanggaan secara Psikis ketika kita menguasai bahasa asing. Hal itu baik, tapi apalah artinya jika bahasa nasional kita pun masih ‘keteteran’. Ditambah lagi dengan kapitalisasi bahasa oleh Inggris dan kawan-kawan kian menambah semarak fenomena ini. Kita di paksa untuk menguasai bahasa Inggris yang hari ini menjadi bahasa pergaulan dunia. Resikonya ketika tidak menguasai kita tertinggal dari pergaulan dunia. Penulis ingin kembali ke quote di atas, pertanyaan bukan terletak pada bagaimana kita menguasai bahasa dunia, akan tetapi bagaimana kita menduniakan bahasa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun