Mohon tunggu...
Loner
Loner Mohon Tunggu... -

INFP, saya suka berpikir dan seni

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan Ada atau Tiada

11 Februari 2016   20:28 Diperbarui: 11 Februari 2016   23:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam semesta itu memang seksi! Ya, menggiurkan dan bikin penasaran. Sejak zaman dahulu kala, manusia sudah mulai memikirkan tentang alam semesta. Dan hasil perenugan manusia terhadap alam semesta itu berkambang, tidak statis. Mula-mula, manusia beranggapan bahwa alam semesta ini hanya terdiri dari bumi yang datar dan dikelilingi oleh kubah kaca yag disana menempel berbagai benda langit seperti bintang, bulan, dan matahari. Kemudian muncul Copernicus yang muncul dengan ide geosentrisnya, yaitu beranggapan bahwa alam semesta terdiri dari bumi, matahari, planet-planet, dan bintang, yang mengitari bumi. Kemudian pemikiran beranjut lagi. Setelah, Copernicus, munculah Galileo, dengan idenya yaitu heliosentris, yang menyatakan bahwa alam semesta terdiri dari matahari, bumi, planet-planet, bintang-bintang, dimana matahari sebagai pusatnya dikelilingi oleh benda-benda langit tersebut.

Ternyata gagasan tersebut telah usang, dan pemikrian manusia mengenai alam semesta terus berkembang, sampai akhirnya muncul bahwa ternyata bintang-bintang di langit merupakan matahari yang lain dengan sistem planetnya sendiri, yang mana bintang-bintang yag jumlahnya milyaran tersebut mengelilingi pusat galaksi. Sungguh luar biasa usaha manusia dalam menguak misteri alam semesta. Namun ternyata manusia belum puas! Manusia terus memikirkan alam semesta yang seksi tersebut. Mula-mula, para ilmuwan menganggap bahwa alam semesta itu statis. Bahkan Einstein pun memasukkan suatu konstatnta kedalam persamaannya agar alam semesta statis, dan pemasukkan konstanta tersebut lebih cenderung maksa, agar pas dengan pandangan para ilmuwan pada zaman tersebut. Sampai akhirnya, ditemukan fakta mengejutkan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929 bahwa ternyata alam semesta tidak statis, melainkan mengembang, bahkan mengembang dengan percepatan positif!.

Akhirnya hal tersebut merubah paradigma dunia mengenai alam semesta, yang sebelumnya menganggap bahwa alam semesta itu statis, sekarang memandang alam semesta itu dinamis. Bahwa alam semesta ternyata bermula dari sebuah ledakan sangat dahsyat yang diesbut big bang, yang bermula dari titik singularitas dengan kepadatan hampir tak berhingga. Sebelum big bang terjadi, hampir mustahil untuk mendeskripsikan bagaimana dan apa yang terjadi sebelum beig bang terjadi, karena ruang-waktu muncul setelah big bang. Dapat dibilang, penemuan si Hubble ini merupakan salah satu penemuan terbesar dan terpenting dalam sejarah umat manusia. 

Lagi-lagi, manusia ternyata belum puas dengan penemuan tersebut. Nafsu manusia masih saja tinggi untuk menguak rahasia alam semesta. Akhirnya pertanyaan apa yang terjadi sebelum big bang menjadi perbincangan menarik. Topik ini bahkan sudah masuk ke ranah metafisika dan teologi. Banyak perdebatan yang panas terjadi di situ. Berbagai kesimpulan muncul, seperti ada yang menyatakan bahwa itu merupakan persimpangan antara kuasa Tuhan dan sains. Ada juga yang menyatakan bahwa bigbang tercipta dari dua brane berdimensi tinggi yang saling bertumbukan sehingga menciptakan big bang, dan ada juga yang menyatakan bahwa alam semesta kita ini merupakan semacam bayi dari alam semesta lain, dapat dikatakan merupakan bayi dari alam semesta pararel yang lain. Hingga ada yang berpendapat bahwa alam semesta ini ada tak terhingga banyaknya, dan kita merupakan salah satunya. Akhirnya dari kesimpulan-kesimpulan tersebut, jika kita bertanya lagi, apa sebelumnya yang terjadi, apa yang menyebabkan ini itu terjadi, bla bla bla, maka tentu kehausan kita akan jawaban tak akan ada habisnya. Harus ada suatu penyetop, first causa, first mover, dll apapun itu. Tidak mungkin sebab akibat itu tak berhingga banyaknya, karena sesuatu yang tak terhingga itu tidak masuk akal dalam alam semesta yang kita diami ini. Maka jika kita berpikir jernih dan jujur terhadap diri kita, kita akan menemukan eksistensi Tuhan. Tuhan itu ada!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun