Mungkin karena itu setelahnya ada kecenderungan Tomino-San dan kawan-kawan mulai melakukan 'pelemahan' terhadap Gundam. Serial-serial selanjutnya mulai berubah. Selain tidak mengacu pada timeline Universal Century, unsur tragedinya mulai dikurangi.
Contohnya adalah seri Gundam X (1996) yang paling berasa Holywood. Atau Gundam Turn A (1999) yang paling membosankan. Ada lagi Gundam G (1994) yang paling unik - berubah menjadi genre martial art. Pertarungan ala kumite antar mobile suit.  Mungkin karena ingin menyaingi Dragon Ball.
Di Indonesia sendiri, mungkin paling populer adalah Gundam W alias Gundam Wing yang dibuat tahun 1995. Soalnya pernah diputar di salah satu stasiun televisi. Ada yang unik dengan seri ini. Di Jepang sendiri tidak terlalu terkenal. Tapi ternyata malah sukses besar di Amerika. Situs IGN menyatakan 'Kisahnya begitu bagus sampai yang anti anime pun terpaksa harus memberi pujian'.
Tokoh dalam Gundam Wing mirip boyband. Muda, keren, dan bergerombol. Ada Hero Yui, pembunuh berdarah dingin. Duo Maxwell, pembunuh yang ceria. Quatre Raberba, pembunuh yang baik hati. Chang Wufei, pembunuh yang pemarah. Dan Trowa Barton, pembunuh yang....mmm...tidak jelas.
Kelimanya ditampilkan sebagai sosok yang selalu cool baik saat membunuh maupun buang air. Jadi sangat jauh dari sosok Amuro dan Kamille misalnya. Dan semesta ceritanya juga berbeda. Di sini mereka menggunakan istilah After Colony.
Meski demikian, sama dengan Gundam versi Universal Century, intrik politik yang ditampilkan juga sangat kental. Karakter abu-abunya dipertahankan. Cuma tidak ada akhir yang tragis. Semua tokoh utamanya tetap hidup dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jadi tidak usah menyiapkan tisu ketika menonton serial ini.
Gundam yang muncul setelah itu nampaknya masih mempertahankan pola yang sama. Tragedi dikurangi, tapi Intrik politik dan konflik karakter tetap dipertahankan. Seperti yang bisa kita lihat di serial Gundam Seed (buatan tahun 2002) atau Gundam 00 (2009). Terakhir ada film Gundam Hathaway yang penayangannya sempat ditunda karena pandemi.
Oiya, di luar semesta cerita yang serba dewasa dan berbau politik, ada juga serial Gundam yang betul-betul out of the box. Seperti SD Gundam (2002) yang mirip-mirip Minions, Â atau Gundam Build Fighter ( 2012) yang menampilkan pertandingan antar mainan Gundam. Saya tidak bisa bercerita banyak, soalnya belum nonton. Agak malas kalau baca premise ceritanya.
Oiya, ada satu hal lagi yang bisa dicatat sebagai prestasi Gundam dalam dunia anime. Serial inilah yang akhirnya memecah genre mecha (anime soal robot) menjadi dua. Real Robot dan Super Robot.
Super robot adalah genre yang dulu ada sebelum Gundam. Anime yang lebih mengutamakan adegan robot raksasa melakukan aksi-aksi keren. Seperti bergabung jadi satu atau melontarkan tinju roket. Dan pilotnya bak pendekar yang terus meneriakkan jurus-jurus saktinya. Contohnya seperti Voltus V dan Mazingga Z.
Kalau Real Robot menjurus ke cerita yang lebih realistik. Ya seperti Gundam itu. Dari sinilah muncul serial lain dengan konsep yang kurang-lebih sama. Yang bisa jadi contoh terbaik adalah Kidou Keisatsu Pat Labor, Neon Genesis Evangelion, dan Gasaraki.