Buat saya, mendengarkan lagu-lagu Indonesia nostalgia tidak terasa seperti menengok ke masa lalu. Rasanya malah seperti bertualang ke negeri lain. Yang sepintas kelihatan sama, tapi punya budaya dan paradigma yang jauh berbeda dengan Indonesia sekarang - yang, menurut sebagian orang, semakin condong ke satu arah tertentu.
Pandangan itu mungkin ada benarnya. Sekitar sepuluh tahun lalu ada seorang tokoh yang keberatan dengan penggunaan satu kata ganti orang ketiga dalam sebuah lagu cinta. Belum lama berselang juga ada yang menyatakan keberatan pada sebuah lagu yang mencantumkan nama sejenis pohon.
Dengan kejadian-kejadian seperti itu, sering timbul pertanyaan usil tiap kali mendengar lagu-lagu nostalgia favorit saya. Bisakah lirik, tema, dan logika dalam lagu-lagu itu dibuat lagi di jaman sekarang - tanpa membuat sebagian orang merasa keberatan?
Misalkan lagu-lagu seperti Detik-Detik Cinta dari Nani Sugianto, Rindu Ketemu Rindu dari Happy Pretty, Malam Pertama dari Chrisye, dan Misteri Cinta dari Nicky Astria. Semua lagu itu melukiskan saat-saat dua insan kasmaran sedang  berdekatan secara fisik.Â
Apakah ada reaksi kalau tema seperti itu dibuat sekarang. Sepengetahuan saya, Â memang tidak ada lagi lagu-lagu mainstream yang bertema demikian dalam seperempat abad ini. Jadi saya belum menemukan jawabannya. Ada musisi yang berminat mencoba?
Atau lagu Karmila, misalnya. Ini lagu sangat legendaris. Bapak-bapak maupun ibu-ibu pensiunan pasti banyak yang suka lagu ini. Lagu yang dinyanyikan almarhum Farid Harja bersama Band Bani Adam ini sangat terkenal di akhir 70-an. Potongan liriknya saya cantumkan di bawah.
Ku kenal dikau lalu jatuh cinta bagai pertamaÂ
Dan ku cumbu dikau penuh kasih mesra bagai cerita.
Kau berulangtahun, ku tuang minuman ke dalam gelasÂ
Pada saat itu ku tahu usiamu baru sebelas