Apakah ISIS yang melahirkan fenomena islamophobia?
Setelah perang dunia ke II negara-negara seperti Inggris, Jerman, dan Prancis, mengahadapi krisis tenaga kerja  karena kurangnya penduduk yang diakibatkanvdari dampak peperangan. Untuk menangani masalah ini, beberapa negara termasuk Amerika, mulai mengundang imingran dari bbeberapa koloni mereka di belahan dunia, baik dari negara arab dan juga asia. Hal ini ditujukan mereka untuk memperbaiki krisis ekonomi yang terjadi akibat perang. Sebagaian imigran berasal dari Aljazair, Maroko, dan Tunisia yang mana negara-negara ini masih berada dibawah kendali dan kekuasaan negara Eropa.
Seiri berjalannya waktu, muslim yang melakukan imigrasi mulai menetap dan penyebaran ajaran islam mulai berkembang dari segi pemeluk agama islam yang tidak hanya dari imigran, pembanguann masjid dibeberapa tempat, dan juga wilayah yang beragama muslim. Dari hal ini mulai terdapat kebencian islam biak secara ekonomi, dan politik. Beberapa narasi palsu diarakan  ke ummat islam. Mulai dari ingin menguasai negara, melakukan kudeta, melakukan islamisasi, menerapkan prinsip-prinsip islam. Yang mana itu tidak terjadi sama sekali diwilayah tersebut.
Namun, yang jadi permasalahan adalah media. Yang mana makin memperburuk suasana dengan mengarahkan islam sebagai agama yang mengajarkan penjajahan dan mengarahkan kepada pengikutnya untuk melakukan pembunuhan serta pengeboman terhadap non muslim. Beberapa politisipun melakukan politik identitas dengan islam sebagai "kambing hitam" dalam berkampanye. Inilah asal mula yang membuat islam dipandang sebagai agama yang agresif serta radikal.
Irak yang dulunya dipimpin dengan presiden Saddam Husein digulirkan Amerika dengan invasi ditahun 2003 Â setelah beliau menjabat selama 24 tahun. Yang menjadi masalah adalah Ketika amerika mengatakan bahwa Irak memiliki senjata pemusna massal yang mana senjata ini tidak ada sama sekali berada di negara Irak. Amerika juga mengatakan bahwa irak memiliki hubungan dengan beberapa kelopok teroris internasional. Yangmana kelompok tersebut tidak ada kaitannya dengan kepresidenan Saddam Husein.
Setelah krisis yang terjadi akibat invasi, Irak mulai hilang arah dan kesempatan ini yang membuat beberapa kelompok-kelompok mulai mengikuti satu arah, yaitu kepemimpinan Al-Kaidah yang berubah menjadi ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Ditahun 2013, ISIS bangkit dan mulai memperluas wilayah dari Irak dan suriah Menuju ke sekitarnya. Media memanfaatkan keberadaan ISIS sebagai musuh yang sangat serius, dengan mengaitkan ISIS dengan pengeboman yang terjadi di Amerika serta negara-negara eropa. Kebrutalan serta kesadisan ISIS diperkuat oleh beberapa media, hal ini yang memperkuat, dan meluaskan sebuah sikap diskriminatif yang sering disebut ISLAMOPHOBIA
ISIS telah berkontribusi dalam meningkatkan islamofobia, namun tidak sepenuhnya bertanggungjawab atas lahirnya fenomena tersebut. ISIS, melalui aksi kekerasan dan terorisme yang mereka lakukan, seperti serangan bom, pemenggalan kepala, dan penyebaran kebencian, telah memperburuk persepsi negatif terhadap umat Islam di banyak negara. Media sering kali menggambarkan Islam dengan mengaitkannya dengan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ekstremis seperti ISIS, yang memperburuk stereotip dan menciptakan ketakutan terhadap Muslim. Namun, islamofobia sudah ada jauh sebelum kemunculan ISIS, dipicu oleh berbagai faktor sejarah, politik, dan sosial, seperti peristiwa 11 September 2001 dan ketegangan geopolitik. ISIS memperburuk situasi, tetapi akar dari islamofobia jauh lebih kompleks dan melibatkan banyak elemen selain kelompok teroris tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H