Mohon tunggu...
Nugroho Aricahyo
Nugroho Aricahyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja sebagai seorang Pengusaha dengan modal pas-pasan di bidang IT dan juga fokus di bidang kesehatan khususnya Herbal dan Terapi Al Hijamah. Hobi menulis, main komputer dan travelling. Lahir di Surabaya, anak ke 3 dari 3 bersaudara dan masih melajang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Idul Fitri hanya "Kembali"

25 Agustus 2012   23:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:19 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Arus mudik dan arus balik sama-sama padat merayap. Tidak tanggung-tanggung hingga macet total dan kendaraan pun mengular. Setiap Stasiun dan Terminal, berubah menjadi lautan manusia dengan tas-tas rangsel hingga kardus-kardus untuk membawa barang bawaan atau buah tangan kepada sanak keluarga dan tetangga serta teman-teman tercinta. Fenomena yang sering terlihat kala Idul Fitri tiba. . . Hari raya agama lain tidak akan pernah dapat seperti ini.

Yup, idul fitri selalu menjadi alasan seseorang untuk kembali 'asal' dimana dia dilahirkan dan dibesarkan. Kembali kepada sang empu rahim tempat dia hidup untuk 9 bulan sebelum sekarang dia tinggal. Menjalin silahturahim, itu yang menjadi alasan utama.

Namun adakah diantara mereka yang paham tentang makna Idul Fitri dan Silahturahim ? inilah yang harus dibenahi dan dibenarkan. Idul fitri memang secara arti bahasa adalah Kembali ke Fitrah. Atau dikalangan para da'i selalu disebut kembali seperti bayi yang baru lahir, tanpa dosa tanpa noda.

Kembali kepada Fitrah sejatinya adalah kembalinya manusia kepada Fitrah manusia itu sendiri. Apa itu ? yakni kepada Islam. Kembalinya manusia untuk memperdalam Islam lebih jauh, menelaah dan mencari sumber terpercaya untuk menelaah Al Qur'an dan As Sunnah. Kembali kepada Fitrah, yakni jalan hijrah untuk bertobat kepada Allah ta'ala, kembali kepada komitmen awal, Laa Ilahaa Ilallah Muhammdar Rasulullah. Ini yang kebanyakan umat Islam belum mengetahui.

Sedangkan esensi silatuhrahim, tidaklah selalu harus pulang kampung dan ketemu fisik. Akan tetapi, saling mengirimkan kabar berita dan kondisi masing-masing sehingga dapat saling mendoakan, itulah yang baik. Menjalin silahturahim adalah dari yang terdekat dengan lingkungan kita sekarang, yakni tetangga sekitar baru kemudian sanak saudara dan kerabat yang terdekat, baru yang terjauh jika sempat. Tanpa sadar kita sering berinteraksi dengan tetangga tempat dimana kita tinggal. Tanpa sadar pun telah melukai hati mereka, itulah yang harus ditunaikan haknya, yakni meminta maaf dan menjalin hubungan yang baik. Sedangkan orang tua adalah prioritas, akan tetapi bukan yang harus dilakukan saat itu.

Jika umat Islam paham arti Silahturahim dan Idul Fitri, maka tidak ada lagi korban yang jatuh ketika akan mudik. Dan tidak perlu khawatir akan arus urbanisasi yang sering kali "ngikut" tatkala arus balik tiba. Selamat hari Idul Fitri, Taqaballahu minna wa minkum, taqabal ya karim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun