Mohon tunggu...
Nufirwan .
Nufirwan . Mohon Tunggu... -

Magister Management, Master NLP, Hypnotherapy, Profesional Grapholog

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Stop Menyiksa Anak

11 Desember 2013   15:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:03 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ya…kata-kata itulah yang mungkin keluar dari mulut anak kita, dimana mereka merasa bahwa mereka telah “disiksa” oleh orang tuanya saat dipaksa belajar, dipaksa sekolah, dipaksa makan sayur, dipaksa minum susu, dipaksa gosok gigi, dipaksa solat, serta pemaksaan lain yang diartikan sebagai penyiksaan. Padahal kita tahu bahwa tidak ada orang tua yang ingin menyiksa anaknya karena semua mereka lakukan untuk membuat anaknya sukses dimasa depan.

Sebenarnya MENCINTAI ANAK ITU TIDAK PENTING…yang penting adalah ANAK MERASA DICINTAI. Pernyataan ini sama dengan istilah pemaksaan diatas, dimana orang tua merasa sangat sayang dengan anaknya sehingga “dipaksa” untuk melakukan ini dan itu, sementara si anak justru merasa sebaliknya.

Hal ini adalah hal yang wajar karena pikiran manusia didesign untuk mencari nikmat dan menghindari sengsara, dimana pikiran anak mengartikan kesengsaraan saat di “paksa” ini dan itu, sementara anak mengartikan kenikmatan saat bermain game, padahal otak & mata yang digunakan anak saat belajar dan bermain game sama.

Coba kita  analisa bersama, saat anak-anak yang sedang ceria kita suruh mereka untuk belajar karena besok mau ulangan atau ada PR lalu si anak dengan sangat “terpaksa” mengikuti perintah orang tuanya, tiba-tiba mata yang segar terasa menjadi berat karena mengantuk karena pikiran si anak sudah terlanjur memberikan arti kalau belajar = disiksa / tidak menyenangkan. Sekarang coba kita analisa kasus lainnya, saat malam hari dimana anak sudah mengantuk dan ingin tidur, lalu kita minta mereka untuk main game atau melakukan hal yang dia suka, maka kita akan melihat rasa kantuknya tiba-tiba jadi hilang dan segar kembali karena pikirannya sudah terlanjur member arti bahwa main = menyenangkan.

Dengan menggunakan otak yang sama serta panca indera yang sama, seorang anak bisa melakukan perubahan yang sangat ekstrim dari segar menjadi mengantuk dan begitu juga sebaliknya dari mengantuk menjadi segar hanya dengan merubah kata-kata dalam perintah yang diberikan orang tua, artinya hanya dengan merubah konten dari kalimat yang kita keluarkan akan merubah semangat, perasaan, motivasi dari si anak yang menerima perintah dari orang tuanya karena perbedaan arti yang sudah terlanjur tertanam didalam pikiran si anak.

Banyak orang tua yang mengeluhkan hal seperti diatas dimana si anak tiba-tiba mengantuk saat disuruh belajar dan tidak bisa berhenti bila sedang bermain sehingga kita harus bertanya pada anak kita, hal apakah yang paling menyenangkan saat bermain ? ada anak yang mengatakan kalau bermain itu seru, ada tantangan, dan sebagainya, artinya kalau belajar juga bisa menimbulkan perasaan seru dan menantang maka anak-anak seharusnya juga tidak akan berhenti bila disuruh belajar karena kebutuhan seru & menantang yang dibutuhkannya sudah dia dapatkan saat belajar.

Jadi carilah hal apa yang sangat disenangi oleh si anak saat bermain sehingga kita bisa menemukan apa sesungguhkan yang menjadi kebutuhan si anak, apakah perasaan seru, perasaan menantang atau jangan jangan…. hanya perasaan disayang dari orang tua yang dibutuhkan si anak, karena saat si anak belajar, orang tua jarang memperhatikannya atau jarang memuji atau jarang berkomentar, sementara saat si anak bermain tidak berhenti, tiba-tiba orang tua sangat peduli dengan si anak sehingga si anak merasa diperhatikan atau merasa di sayang saat dia bermain game atau membuat kesalahan ? selamat menganalisa sebelum semuanya terlambat.

Take Action Miracle Happen

Nufirwan

www.KlinikPikiran.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun