Jember -- Kuliah Kerja Nyata atau biasa disebut dengan KKN adalah kegiatan mahasiswa untuk dapat memanfaatkan sebagian waktu belajarnya menyumbangkan pengetahuan dan ilmu yang telah diperolehnya secara langsung dalam membantu memecahkan dan melaksanakan pembangunan di dalam kehidupan masyarakat. Lalu bagaimana dengan KKN BTV? KKN BTV ialah singkatan dari Kuliah Kerja Nyata "Back to Village". Ini berbeda dari KKN seperti biasanya. Dikarenakan adanya pandemi COVID yang mengharuskan kita untuk tidak berkerumanan ini menyebabkan mahasiswa Universitas Jember salah satunya Hajar Nudiah Dwi Mareta atau yang biasa dipanggil dengan Mareta melakukan KKN secara mandiri di suatu Desa. Mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis ini melaksanakan KKN di sebuah Desa di Kecamatan Rambipuji Jember, yaitu Desa Nogosari secara offline dan tetap dipantau secara online melalui website (https://sd.unej.ac.id).
      Desa Nogosari adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Desa Nogosari memiliki wilayah yang cukup luas mencapai 1580 km. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Nogosari adalah sebagai petani, yaitu mencapai sekitar 10.176 orang dari jumlah total masyarakat menurut pekerjaan sebanyak 13.060. Namun juga tidak sedikit masyarakat Desa Nogosari yang menekuni pekerjaan atau mengembangkan kemampuan di bidang lainnya seperti wirausaha. Desa Nogosari ini juga dikenal sebagai desa penghasil kerajinan anyaman dari bambu. Ketersediaaan sumber daya alam lokal berupa tanaman bambu di Desa Nogosari dapat dikatakan cukup melimpah. Sehingga karena tuntutan kondisi perekonomian yang terjadi membuat mayoritas masyarakat di Desa Nogosari terjun pada usaha sebagai pengrajin bambu, baik sebagai profesi utama maupun sampingan. Salah satu pengrajin bambu yang kiat membuat beberapa produk anyaman bambu sekaligus mitra dari sasaran pelaksanaan KKN BTV (Back to Village) III Universitas Jember kali ini ialah UMKM Kerajinan Anyaman Bambu Tradisional milik Bapak Tuwaji. UMKM Bapak Tuwaji cukup terkena dampak dari pandemi covid dilihat dari permintaan orderan yang menurun. Maka dari itu Mareta memilih program kerja berupa pengembangan wirausaha masyarakat yang terdampak Covid-19.
      Produk yang ditawarkan oleh Bapak Tuwaji ada beberapa yang cukup menarik minat konsumen saat ini. Contoh produknya adalah lampu, tempat sampah, kotak tisu, dan vas bunga. Melihat dari beberapa produk yang telah disebutkan diatas dan betapa kreatif dan uniknya keahlian Bapak Tuwaji, bisa dilihat bahwa usaha anyaman bambu Bapak Tuwaji ini memiliki potensi yang cukup bagus untuk dikembangkan melalui inovasi produk baru. Dan juga sistem pemasaran produk yang masih bersifat konvensional yaitu dari mulut ke mulut dapat kami kembangkan dengan pemasaran secara online.
Melihat dari permasalahan diatas bahwa sebenernya usaha Bapak Tuwaji amat sangat dapat dikembangkan. Maka dari itu Mareta berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Yang pertama dengan membuat inovasi produk yang dapat menarik minat konsumen saat ini yaitu tumblr light. Produk ini dibuat diinovasi dari salah satu produk terdahulu Bapak Tuwaji yaitu bola takraw yang bisa kita lihat peminat dari produk ini tidak banyak. Dengan menginovasi menjadi produk baru yaitu tumblr light yang akhir akhir digemari oleh remaja hingga dewasa diharapkan dapat menarik minat konsumen. Dan untuk permasalahan kedua, usaha Bapak Tuwaji yang hanya menggunakan pemasaran dari mulut ke mulut tentunya terdampak dengan pandemi covid. Maka dari itu mahasiswa yang sedang menempuh semester 7 ini berinisiatif untuk melakukan pendampingan dan pelatihan pemasaran melalui digital seperti contoh menggunakan media sosial instagram dan e-commerce Shopee.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H