Sudah sakit yang keberapa?
Tak terasa sakit
Sudah rindu sejauh apa?
Tak terasa sakit
Sudah merintih sedalam apa?
Tak terasa sakit
mengapa kau Tanya lembaran baru
Jika halaman saat ini belum sepenuhnya gembiraMengapa selalu menjadikan janji sebagaiÂ
penghibur lara
Jika ucapan kemaren saja belum sepenuhnya kering di lidahmu
Kepedulian yang nyata namun diabaikan
Kesetiaan yang seirama namun dihempaskan
Kecanduan yang sebegitu seringnya namun dilupakan
Masihkah menjadikan diri seolah olah tak punya hati
Hanya agar aku tak terlihat rapuh?
Masihkah kamu dengan rasa yang sama dengan begitu menggebu-gebukan asmara?
Tak lain hanya biasan cahaya tubuhmu saja yang bersamaku saat ini
Iya, bersama namun fana
Kau kuno. Iya benar, karena kau sudah merdeka dari cercaan hati dengan balutan cinta
Kau munafik. Iya benar, karena kau sudah membuatku memilih salah saat benar
Memilih diam saat tertekan, memilih tertawa saat sakit.