Mohon tunggu...
Nua Ardante
Nua Ardante Mohon Tunggu... -

Boys will be boys....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan Rudi Rubiandini (Mungkin)

17 Agustus 2013   10:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:12 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin sekarang, Prof. Rudi sedang berpikir keras, sedang merenung dengan dalam, untuk mengetahui siapa kira-kira musuh dalam selimutnya. Yang memberikan laporan kepada KPK sehingga dia tertangkap tangan. Siapa kira-kira yang melaporkan praktik yang sudah berlangsung lama di tubuh badan pengawas dan pengelola sektor migas d republik ini. Tentulah orang dalam atau eks orang dalam yang bisa melakukan ini semua. Yang paham, yang mengerti, permainan yang sudah menjadi acara rutin ini.

Apakah itu Johannes Widjonarko, wakil kepala SKK Migas yang melaporkan ? Motif utama adalah tentu ketidaksenangan melihat sepak terjangnya dengan memasukkan para almuni ITB, terutama teknik perminyakan ITB , kedalam lingkaran kekuasaan. Yang pada jaman R.Priyono didubeskan karena dianggap mbalelo dengan menjadi vice president di KKKS, sekarang malah diangkat menjadi kepala divisi. Widjonarko alumni UPN tentu akan mendapatkan kesempatan untuk mendudukan kembali para alumni UPN untuk duduk di lingkaran kekuasaan SKK Migas (kita tunggu saja kenyataannya...)Sudah dikenal sejak dulu, hanya ada dua alumni yang bersaing ketat di industri migas, alumni ITB dan UPN. Tapi Rudi mungkin menyangsikan hal ini, walaupun Widjonarko merupakan orangnya Priyono, wakanya ini termasuk lurus dan tidak neko-neko. Tetapi reaksi yang sangat cepat dari sang waka untuk menon-aktifkan para kepala divisi yang dicekal KPK, membuat ada kecurigaan kesana.

Saya kurang tahu apakah Prof.Rudi bisa membuka internet di rutan KPK, tapi kalau bisa dan membaca sejumlah media online tentulah dia menyadari siapa (kemungkinan besar) dibalik semua ini. Mantan Direktur Gratifikasi KPK, Lambok Hutahuruk, yang pernah menjadi Deputi di era Priyono, disinyalir merupakan orang yang membuka jalan kerabat lamanya, KPK masuk ke SKK Migas.

Seperti yang kita pahami permainan dengan para trader adalah merupakan permainan lama di SKK Migas atau BPMIGAS. Tetapi anehnya, dimasa pak Lambok disana, badan ini seperti tidak tersentuh samma sekali, dianggap bersih. Apakah mungkin para trader baru mendekatkan diri ketika Rudi berkuasa, tentulah tidak masuk akal.  Dan akibat keputusan MK yang membubarkan BPMIGAS, turut pula membuat pak Lambok dan pak Priyon tersingkir.

Mungkin Prof.Rudi baru tersadar dan terhenyak, keputusannya menurunkan Lambok, menyingkiran kroni Priyono dan memasukkan orang-orang mbalelo di era Priyono, ternyata berakibat fatal. Terlebih lagi keputusannya membersihkan Divisi Komersial di SKK Migas dengan menggantikannya dengan orang-orang baru, membuat bisnis menjad tidak "usual" lagi yang dimatikan keran usahanya.

Prof. Rudi baru sadar mungkin lebih baik dia tetap di kampus, tetap konsisten (ini adalah salah satu jargonnya kepada para mahasiswanya untuk tetap konsisten, tetap istiqamah, niscaya akan memberikan hasil yang baik) memberikan pelajaran Teknik Pemboran kepada para mahasiswanya ketimbang terlibat dalam lingkaran kekuasaan yang penuh dengan intrik dan tipu daya. Sepintar-pintarnya doktor dengan predikat magna cum-laude dari TU Clausthal Jerman, ternyata masihlah lebih pintar para politikus dan opportunis yang berada di pusat kekuasaan republik ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun