Di antara matamu yang diam dan damai
Dan jiwaku yang resah dan tak sabar aku melihat pelarian
Daripada kehancuran dan kekeringan,
daripada air darah yang dihisap anak menjadi kehilangan.
Atau kuambil waktuku untuk berlari, memasukan kehidupan ke dalam perutku dan kecut asam kepada indraku.
Kemudian kepada kesakitan, menelusup dengan angin meraba kabarmu,Â
mengintipnya melalui jendela, dan kembali dengan serpihan kaca.Â
Menjadi hilang atau menjadi hancur, yang mana jalanku?
Al Maqdis Alqabary
Distrik Tujuh
Cairo
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!