Mohon tunggu...
Membaca Menulis
Membaca Menulis Mohon Tunggu... lainnya -

MEMBACA DAN MENULIS UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK. Mengembangkan literasi dan proses kreatif menulis.(Nuansa Cendekia Bandung)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seni Lukis untuk Anak

14 April 2010   04:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak tokoh Indonesia yang kita kenal dan kita hormati. Selain para tokoh kenegaraan, keagamaan dan olahraga, kita juga memiliki tokoh dalam bidang kesenian, tepatnya di bidang seni lukis.

Sederet nama besar seperti Basuki Abdullah, Raden Saleh, Rusli, Nashar, Muslim Saleh dan Affandi adalah pelukis-pelukis besar bangsa Indonesia yang sudah terkenal hingga ke berbagai penjuru dunia.

Affandi adalah salah satu pelukis yang patut kita banggakan dan kita tauladani. Ia bukan saja pelukis yang baik, melainkan seorang ayah yang baik bagi keluarganya.

Affandi lahir di Cirebon pada tahun 1907.  Tanggal lahir dan bulannya sampai sekarang tidak diketahui secara persis karena tidak tercatat. Ayah Afandi, Pak Sudarga, adalah seorang mantra ukur yang bekerja di pabrik gula Cirebon. Sebagaimana kesukaan anak-anak Cirebon di masa itu, Affandi punya kegemaran menonton wayang kulit di desanya.

Kalau kebanyakan teman-temannya kagum terhadap tokoh pewayangan yang gagah perkasa seperti Gatotkaca, Bima, Arjuna atau Kresna, Affandi justru lebih menyukai tokoh yang berwajah buruk, yaitu Sukrasana, atau yang biasa dikenal Buta Gering; hidungnya seperti terong bungkung dan penampilannya seperti orang sakit.

Mungkin karena Affandi ini orangnya mudah simpati dengan orang yang kurang baik nasibnya sehingga lebih suka menyukai Buta Gering. Namun, kata Pak Ajip Rosidi, penulis buku ini bilang, "kelak Affandi sering mengatakan bahwa ia menggemari tokoh itu karena wajahnya sama buruknya dengan wajah Affandi sendiri." (hlm 13).            Barangkali karena sikap rendah hati Affandi itulah ia tidak malu mengatakan dirinya jelek seperti Buta Gering.

Sebelum masuk sekolah, Affandi sudah gemar menggambar wayang di atas tanah, kemudian setelah Sekolah Dasar Hindia Belanda, di Holand Inlandsche Scholol (HIS) Indramayu Affandi mulai menyalurkan bakatnya dengan melukis di atas batu tulis dan kertas dengan potlot.

Ketika kakaknya, Sabur, masuk kuliah di Technische Hooge School (THS) Bandung, (sekarang ITB), Affandi ikut merantau dan menyelesaikan sekolah HISnya di Bandung. Setelah tamat lalu melanjutnya sekolah setingkat SMP di Meer Uitgebreit Lagere Onderwijs (MULO).  Kemudian ia melanjutkan sekolah setingkat SMA di Jakarta, tepatnya di Algemere Middelbare School (AMS).

Pada masa sekolah ini Affandi menjadikan kegiatan melukis sebagai salah satu kegemarannya tanpa melupakan kewajiban belajar wajibnya. Sampai ia lulus sekolah, Affandi terus menyalurkan bakatnya tanpa mengeluh. Ia terima bekerja apa saja asal halal untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan sampai menikah pun, ia tetap melukis di kala waktu senggang kerja. Istrinya sangat pengertian dengan kegemaran melukis.

Banyak dukungan yang diberikan Ibu Maryati untuk sang suami. Sampai akhirnya kelak, mereka berdua memiliki anak, Kartika, yang mewarisi bakat Affandi menjadi pelukis ternama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun