Buku PUISI dan BULU KUDUK karya Acep Zamzam Noor yang mulai beredar Juli 2011 lalu telah menjadi virus sastra di kalangan penyair, budayawan dan bahkan sudah mewabah ke kalangan santri di berbagai pondok pesantren.
Istilah bulu kuduk yang melambangkan sensitivitas tubuh itu kini terus diminati banyak pecinta sastra. Dulu sebelum menjadi sebuah buku, esai-esai acep memang telah banyak diapresiasi beragam kalangan. tetapi setelah menjadi buku ternyata esai-esai tersebut semakin memikat dan lebih aduhai dinikmati.
Mengingat banyak permintaan untuk bertemu dengan Acep dan juga perlunya mempertanyakan perihal tulisan-tulisannya, maka redaksi Nuansa Cendekia memberikan kesempatan Anda sekalian bertemu sang Penyair ndeso dari Tasikmalaya itu. Sekalipun ndeso, ia tetap penyair. Sekalipun penyair ia mahir menulis karya ilmiah. Sekalipun mahir menulis karya ilmiah, ia tetap lucu. Sekalipun lucu ia tetap beragama. Sekalipun beragama ia masih mau berteman dengan siapa saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI