Mohon tunggu...
Membaca Menulis
Membaca Menulis Mohon Tunggu... lainnya -

MEMBACA DAN MENULIS UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK. Mengembangkan literasi dan proses kreatif menulis.(Nuansa Cendekia Bandung)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Roadshow Acep Zamzam Noor

4 Oktober 2011   18:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:20 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SEDIKIT RESUME ROADSHOW I : PUISI DAN BULU KUDUK (ACEP ZAMZAM NOOR), IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA, 22 SEPT 2011

Acep Zamzam Noor memulai roadshow untuk buku terbarunya Puisi dan Bulu Kuduk di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 22 Sept 2011. Acara dikemas dalam diskusi bersama Purek I IAIN Sunan Ampel : Abd A'la, Lan Fang dan Chabib Mustofa. Sekitar +/- 200 mahasiswa hadir dan berpartisipasi aktif dalam diskusi itu. Selain itu juga diisi dengan penampilan performance dari Teater Q IAIN Sunan Ampel yang membacakan puisi Acep Zamzam Noor.

Ke kanan : Acep Zamzam Noor, Abd A'la, Lan Fang, Chabib Mustofa

Purek  I, Abd A'la : Sebagai pembuka dialog, Abd A'la memperkenalkan Acep Zamzam Noor kepada para mahasiswa sebagai putra Kyai Ilyas Ruhiyat, Rais Am PBNU yang bersama Gus Dur ketika menjadi Ketum PBNU, dari Ponpes Cipasung - Tasikmalaya. Ia juga menyampaikan bahwa Ponpes Cipasung telah mencatat sejarah tersendiri dalam perjalanan NU sebab ketika Muktamar NU di Cipasung bisa dikatakan sebagai sebuah 'perlawanan pemikiran' terhadap era Orba. Abd A'la mengapresiasi Puisi dan Bulu Kuduk sebagai pemikiran Acep Zamzam Noor yang tidak berbicara tentang puisi saja tetapi juga peran puisi, khususnya seni budaya,  dalam konsep berbangsa. Melalui puisi, Acep Zamzam Noor bukan sekedar berindah-indah dengan kata-kata tetapi lebih menitikberatkan pada proses berpikir sekaligus proses untuk merasakan. Dan sekarang, proses - inilah yang hilang dari generasi muda sebab semuanya hendak dicapai secara instan. Moderator,  Chabib Mustofa : Chabib Mustofa menyepakati bahwa sebenarnya puisi sangat dekat dengan kehidupan pesantren. Para wali dan para ulama banyak menyampaikan syiar agama dalam bentuk syair. Dan puisi sendiri mempunyai substansi yang khas dalam seni budaya yang mengandung kearifan lokal. Acep  Zamzam Noor : Acep Zamzam Noor mengungkapkan perasaan senangnya berhadapan dengan para mahasiswa IAIN Sunan Ampel yang notabene generasi muda NU. Ia menyampaikan besar harapannya bagi  generasi muda, khususnya NU, juga akan punya peran aktif yang positif dalam kehidupan berbangsa di segala lini. Yang menjadi pertanyaan adalah : bagaimana generasi muda ini terbentuk atau dibentuk atau membentuk dirinya? Bagi Acep Zamzam Noor, puisi adalah salah satu cara/media untuk mengasah karakter. Melalui menulis puisi, orang akan berlatih untuk sabar, tekun, dan ikhlas. Karakter-karakter inilah yang sudah banyak hilang dari para pemimpin, pejabat dan politisi kita. Padahal dahulu para pemimpin, pejabat dan politisi kita (dan dunia) seperti Syahrir, Hatta, Omar Khayam, Mao ZeDong, adalah para penikmat sastra. Melalui sastra (puisi), mereka menyampaikan pemikiran dan membangun karakter bangsa dengan cara yang elegan. Dan melalui sastra (puisi), para tokoh mengasah rasa sehingga mempunyai empati besar dan peduli pada penderitaan rakyatnya. Ia mengungkapkan menulis puisi ibarat menggosok batu akik yang berasal dari batu alam sampai menjadi batu yang punya kilau berkharisma. Bukan cuma sulit dan lama tetapi juga kadang-kadang ada bagian-bagian tertentu yang dibuang karena tidak bisa dipakai. Hal itu bisa diumpamakan bagi generasi muda yang terbentuk atau dibentuk atau membentuk dirinya sendiri. Dengan sabar, tekun dan ikhlas terus mengasah & menggosok diri sendiri. Seperti sebuah puisi yang menggetarkan, seseorang  tentu juga akan membuat bulu kuduk orang lain berdiri karena tergetar oleh pemikiran, sikap, rasa dan tindakannya yang baik. Lan  Fang (penulis) : Saat ini kebutuhan atau keberadaan puisi (sastra) berbanding terbalik dengan kepentingan politik, ekonomi dan keamanan. Puisi (sastra) dikonsumsi bagi masyarakat di sebuah negara dengan pemerintahan yang stabil secara ekonomi, politik dan keamanan. Sebagai contoh : Shakespeare dan Kahlil Gibran. Shakespeare berkarya di Inggris, di negara yang pemerintahannya secara politik-ekonomi-keamanan stabil sehingga pemerintahnya mau peduli terhadap perkembangan pendidikan-seni-budayanya. Karya-karya Shakespeare terdokumentasi dengan baik sehingga menjadi bahan literatur & pembelajaran sastra hampir di seluruh dunia karena secara tidak langsung ada pemerintahnya ikut berperan. Sedangkan Kahlil Gibran berkarya di Lebanon, di negara yang selalu dirundung masalah-masalah politik, ekonomi dan keamanan. Sangat sedikit studi-studi  terhadap karya-karya Kahlil Gibran karena pemerintah Lebanon sudah pasti lebih fokus menyelesaikan masalah-masalah politik-ekonomi dan keamanannya daripada 'mengurusi' sastra (puisi). Tetapi bagaimana pun, di Indonesia yang pemimpin-pejabat-politisinya tidak kalah sibuk untuk 'mengurusi' politik-ekonomi-keamanan (entah untuk siapa), kita-sebagai rakyat,  tetap tidak boleh pesimis untuk terus mengasah pemikiran & perasaan melalui sastra (puisi). Sebab bangsa-bangsa besar di dunia adalah bangsa-bangsa yang mempunyai sejarah literat bersastra. Diskusi dan dialog ditutup dengan pemberian souvenir buku dari penerbit Nuansa Cendekia dan merchandise  harian Kompas kepada IAIN Sunan Ampel sekaligus door prize kepada 6 penanya mahasiswa. (laporan panitia acara)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun