Mohon tunggu...
Membaca Menulis
Membaca Menulis Mohon Tunggu... lainnya -

MEMBACA DAN MENULIS UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK. Mengembangkan literasi dan proses kreatif menulis.(Nuansa Cendekia Bandung)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Poligami= Susah Nahan Nafsu Birahi?

17 Maret 2010   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:22 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandangan KH Fuad Affandi tentang Keluarga dan Poligami

Mereka yang menikah dengan gadis muda, janda muda berpijak pada Sunnah Nabi. Artinya, Susah Nahan Nafsu Birahi

Fuad Affandi dengan keluarga besar Al-Ittifaq (http://entrepreneurorganik.blogspot.com) adalah sebuah keluarga besar yang memiliki etos kerja dan pergaulan yang unik dan khas. Sebuah keluarga yang sehari-harinya penuh dengan kegiatan pertanian, organisasi dan ilmu pengetahuan.

Usaha keras yang penuh perjuangan pada akhirnya mengantarkan Fuad meraih kemuliaan di antara reruntuhan jaman yang serba tak beres sekarang ini. Di tengah-tengah kekalutan ekonomi kaum tani, Fuad Affandi dengan keluarganya mampu membuktikan sistem kehidupan yang lebih beradab. Rasa syukurnya kepada sang Pencipta tak henti-hentinya diucapkan dan dihayati sepanjang desah nafas kehidupannya.

Fuad dengan istrinya, Hj Sa’adah serta keluarga lainnya menjelma menjadi keluarga panutan masyarakat yang terpercaya. Rasa syukur itu oleh Fuad dijadikan cara intropeksi diri terhadap masa lalu perjuangannya yang penuh liku. Ia tak hendak menambah persoalan yang tidak perlu. Poligami misalnya, tak pernah ia inginkan terjadi sekalipun pada lazimnya seorang kyai bisa melakukan.

“Saya akan berpoligami jika memang sudah tidak ada orang yang menikah lagi. Kasihan itu kaum perempuan yang tidak mendapatkan jodoh. Mubadzir juga,” ujarnya tertawa. Fuad yang memiliki jiwa sosial tinggi meletakkan sebuah perkawinan monogami sebagai salahsatu cara untuk mempertahankan eksistensi perjuangannya. Bahkan dengan penuh sindiran ia menyatakan, bahwa pelaku poligami itu memang menjalankan Sunnah Nabi. "Karena saya ini bukan orang alim yang bisa menjalankan Sunnah Nabi, maka saya jujur memang tidak cocok melakukannya," ujarnya.

Apa maksudnya?

Lagi-lagi, dengan cara pandangnya yang khas Fuad menyindir, bahwa poligami itu dilakukan atas dasar dua paradigma. Yang pertama berpijak pada Sunnah Rasul. Menurutnya, mereka laki-laki yang melakukan poligami dengan menikahi janda-janda lapuk usia, korban perang adalah meniru langkah nabi dengan sunnah rasulnya. Adapun mereka yang menikah dengan gadis muda, janda muda berpijak pada Sunnah Nabi. Artinya Susah Nahan Nafsu Birahi,” ujarnya berkelakar.

“Makanya, saat keluarga A’ Agym dari Teh Ninih ke sini dan bertanya kepada saya bagaimana dengan pernikahan kedua Aa Gym? saya jawab, cocok. Saya katakan mungkin bagi Aa Gym itu memang pas, tapi buat saya tidak. Kalau saya ini cuma Emang, orang biasa, tak mampu menjalankan semua perintah Kanjeng Nabi," tuturnya.

Sekalipun Fuad anti poligami, tetapi ia tak hendak menyerang pandangan orang lain yang setuju. "Sangat sulit melarang poligami karena memang dasarnya ada. Masalahnya adalah pada etika pribadi," kata Fuad.

Jiwa sosial Fuad yang begitu tinggi menyadarkan bahwa perkawinan itu adalah sebuah kebutuhan setiap manusia. Ia selalu mensyukuri nikmat mendapat istrinya, Hj Saadah yang sejak remaja hingga kini setia menjadi pendamping hidupnya dalam suka maupun duka. Ia akan merasa menyakiti sang istri tercinta manakala melakukan poligami. Karena itulah ia lebih suka bergiat dalam urusan sosial dalam hal ini. Setiap tahun Fuad dan kawan-kawannya pengurus Al-Ittifaq mengadakan nikah massal bagi mereka yang tidak mampu membiayai pernikahan.

Biasanya acaranya dilakukan pada saat Tahun Baru Hijriyah. Puluhan bahkan ratusan pasangan dinikahkan bersama-sama dalam bentuk pesta desa. "Buat saya ini lebih bermanfaat ketimbang saya menikah lagi. Mereka memang membutuhkan biaya untuk pernikahan," ujarnya.

Naskah ini adalah penggalan dari Buku ENTREPRENEUR ORGANIK (PENERBIT NUANSA CENDEKIA 2009). http://nuansabuku.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun