Mohon tunggu...
Membaca Menulis
Membaca Menulis Mohon Tunggu... lainnya -

MEMBACA DAN MENULIS UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK. Mengembangkan literasi dan proses kreatif menulis.(Nuansa Cendekia Bandung)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sastra, Puisi, dan Bulu Kuduk

29 September 2011   15:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:30 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku PUISI dan BULU KUDUK karya Acep Zamzam Noor yang mulai beredar Juli 2011 lalu telah menjadi virus sastra di kalangan penyair, budayawan dan bahkan sudah mewabah ke kalangan santri di berbagai pondok pesantren.

Istilah bulu kuduk yang melambangkan sensitivitas tubuh itu kini terus diminati banyak pecinta sastra. Dulu sebelum menjadi sebuah buku, esai-esai acep memang telah banyak diapresiasi beragam kalangan. tetapi setelah menjadi buku ternyata esai-esai tersebut semakin memikat dan lebih aduhai dinikmati.
Mengingat banyak permintaan untuk bertemu dengan Acep dan juga perlunya mempertanyakan perihal tulisan-tulisannya, maka redaksi Nuansa Cendekia memberikan kesempatan Anda sekalian bertemu sang Penyair ndeso dari Tasikmalaya itu. Sekalipun ndeso, ia tetap penyair. Sekalipun penyair ia mahir menulis karya ilmiah. Sekalipun mahir menulis karya ilmiah, ia tetap lucu. Sekalipun lucu ia tetap beragama. Sekalipun beragama ia masih mau berteman dengan siapa saja.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun