Mohon tunggu...
Membaca Menulis
Membaca Menulis Mohon Tunggu... lainnya -

MEMBACA DAN MENULIS UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK. Mengembangkan literasi dan proses kreatif menulis.(Nuansa Cendekia Bandung)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Etika Mengajar untuk Guru

4 Agustus 2011   01:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:07 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku: Mindset Pembelajaran (10 langkah mendidik siswa secara kreatif dan humanis)/Penulis : Yusron Aminulloh./Pengantar : Dr Marwah Daud Ibrahim, Dr Supari Muslim, Prof Mujiarto/Penerbit : Nuansa Cendekia Bandung, Juli 2011Tebal: 220 hlm/Harga: Rp 42.000 Apa yang seharusnya diterapkan para guru saat mengajar? Pertanyaan inilah yang menjadi kata kunci dalam acara Launching buku Mindset Pembelajaran di Kantor Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jakarta Selatan, Kamis 21 Juli 2011. Dalam forum yang dihadiri oleh narasumber Marwah Daud Ibrahim (Cendekiawan Muslim), Yudistira M Massardi (Penulis/sastrawan), HB Arifin (Ikatan Guru Indonesia), Dety (Guru SD Sabilina Cibubur) dan Faiz Manshur (Redaksi Penerbit Nuansa Cendekia Bandung). Dalam suasana yang sangat nyaman di lantai II tersebut banyak hal yang sangat bermanfaat untuk disampaikan ke publik berkaitan dengan potret kehidupan guru di Indoensia. Beberapa masalah yang disoroti antara lain, kemerosotan karakter guru, perbaikan sistem pendidikan, mentalitas guru, perubahan gaya hidup siswa, visi pembelajaran, fenomena buku how to untuk guru, model penulisan buku yang baik untuk panduan mengajar dan lain sebagainya. Terkuak kenyataan, bahwa dunia pendidikan tidak akan memperoleh makna apapun manakala hanya fokus kemajuan pada bangunan dan teknologi tetapi spirit pendidikan itu sendiri lumpuh. Mengingat guru merupakan elemen kunci untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas, maka dibutuhkanlah kecerdasan dan karakter guru. Buku-buku panduan untuk mencerdaskan kerja pembelajaran guru sudah banyak beredar, tetapi hanya berapa persenkah yang memperhatikan etika mengajar? Membaca keseluruhan isi buku ini kita akan disadarkan oleh Yusron Aminulloh yang ternyata memiliki kepekaaan khusus untuk mengangkat persoalan etika/akhlaq pembelajaran. Tanpa menyebut dan tidak disebut sebagai pedoman etik, buku ini ternyata penuh petuah bijak adan jalan baik untuk memberikan pencerahan tentang bagaimana seharusnya belajar, mengajar dan melakukan proses edukasi secara keseluruhan. Mindset pembelajaran memberikan arah, pola pikir dan garis yang jelas bagaimana sebuah pendidikan harus tegak dalam koridor etika yang tepat. Dengan tawaran yang jitu, Yusron merumuskan 10 Frame (atau langkah) bagaimana seharusnya guru berperilaku. Perilaku tersebut bukan sekedar urusan menghadapi murid, melainkan juga bagaimana guru berhadapan dengan lingkungan, keadaan sosial, problematika hidup, dan bahkan urusan-ursuan publik di luar. 10 langkah tersebut tergambar pada beberapa hal yang menawan; Mengenal Posisi Diri, menggambarkan perilaku guru di Indonesia dengan contoh-contoh konkret melalui potret Pak Bandi, Guru Asal-asalan, Pak Aman, Guru Menyejukkan, B Mira, Guru Cerdas, Pak Abdul, Guru yang Tidak Konsisten, Pak Surya, Guru yang Ketua RT. Frame kedua sang penulis memberikan tawaran tentang apa itu energi positif, sebuah istilah sentral yang menjadi tawaran metodologi buku ini. Frame Tiga (Pertarungan Energi Positif dan Negatif) memetakan genetika sukses dan genetika gagal manusia secara untuk yang kemudian ditarik ke dalam persoalan psikologi para guru. Frame empat menjelaskan kekuatan pemikiran. Pada bagian buku inilah Mindset pembelajaran dijabarkan secara detail. Frame lima menjelaskan secara khusus hubungan guru dengan murid. Dialektika hubungan kemanusiaan dibicarakan secara bagus dan praktis. Frame Enam: Penyamaan Frekuensi, atau lebih tepatnya membicarakan arah komunikasi yang bijak. Frame ketujuh mengulas karakter guru yang baik untuk Indonesia. Frame delapan, menajamkan pembahasan karakter guru dengan pemetaan yang unik, yakni guru wajib, guru sunnah, guru mubah, guru makruh dan guru haram. Pada bagian inilah para guru bisa mengaca kepribadian diri untuk menemukan jalan perubahan menuju kebaikan. Frame sembilan menjelaskan persoalan dunia pendidikan nasional. Inspirasi dari potret kehidupan disertai pandangan kritis penulis membuat kita lebih peka terhadap fenomena pendidikan nasional. Pada frame sepuluh (terakhir), kita disuguhkan pemandangan praktis sehari-hari berkaitan dengan guru prestasi dari potret Perjalanan Pendidikan Guru Wasimin, Santri yang Guru Ali Ansori, Ibu Sederhana, Guru Mulia Sri Murtini. Faiz Manshur dari redaktur yang megurus naskah tersebut mengatakan, "sudah saatnya buku-buku praktis karya penulis Indonesia itu lebih banyak. Tetapi jangan banyak main teori besar dan banyak dari luar negeri terus. Teori boleh, tetapi kita butuh banyak yang praktis agar lebih maju. Buku ini diterbitkan salahsatunya karena alasan tersebut." "Bukunya sangat menarik. Pesan-pesannya bisa sampai ke masyarakat karena praktis dan inspiratif," kata Yudistira M Massardi. Sangat menarik bagi kami para guru karena ada orang seperti pak Yusron yang mengherankan. Saya heran mengapa beliau mau-maunya memperhatikan kehidupan guru secara detail. Jadilah saya bisa berkaca seperti apa diri saya ini sebagai guru," ungkap Detti, guru yang jadi narasumber dalam acara tersebut. Marwah Daud mengatakan, "apa yang dilakukan Mas Yusron dengan gerakannya menebar energi positif sebagai upaya kongkrit perubahan mindset, termasuk untuk para guru. Ini merupakan hal yang sangat dibutuhkan," katanya.[]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun