Kali ini saya berkesempatan untuk kembali lagi mengunjungi sedikit bagian dari wilayah Kabupaten Kutai Barat, sebuah kabupaten di Hulu Sungai Mahakam yang dimekarkan pada tahun 1999 seperti halnya Kabupaten Kutai Timur dan beberapa kabupaten lainnya di Kalimantan Timur.
Jika melihat usia saat ini, kedua kabupaten tersebut (Kutai Barat dan Kutai Timur) adalah seumur karena sama-sama dimekarkan bersamaan serta pecahan dari sebuah kabupaten yang sama yaitu Kabupaten Kutai yang kemudian berganti nama menjadi Kutai Kertanegara.
Kembali datangnya kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan untuk melihat secuil bagian dari wilayah Kabupaten Kutai Barat. Dari Kota Samarinda melalui perjalanan darat menggunakan Bus yang secara reguler menyusuri jalan trans Kaltim melewati Kabupaten Kutai Kertanegara.
Tidak terlalu nampak perubahan pada sepanjang perjalanan diakhir tahun 2014 ini, pun ketika sudah mendekati sebuah wilayah bernama Mencimai. Tetapi pandangan saya berubah saat memasuki sebuah persimpangan yang biasa disebut simpang raya yang dihadapannya terbentang jalan lebar nan mulus dengan 2 jalur yang menjadi jalan utama menuju area perkantoran Pemerintah Kabupaten Kutai Barat.
Otonomi memang telah memberi berkah dan perubahan bagi sebagian wilayah di negeri ini termasuk di Kutai Barat. Tidak terlalu ramai dan padat memang pusat kabupaten ini, tetapi ada sesuatu yang beda jika kita membandingkannya dengan sebuah daerah lainnya yang sama-sama dimekarkan, yaitu Kutai Timur.
Memasuki area perkampungan yang didominasi warga Suku Dayak, perjalanan saya kali ini seolah tanpa hambatan. Bukan karena jalanannya yang sepi tetapi karena sepanjang perjalanan saya menuju tujuan, sama sekali tidak saya temukan sebuah lubang sekecil apapun, semuanya mulus, lus, lus. Ini yang menjadi pembeda.
Teringat penuturan seorang kawan yang juga warga asli dari Kutai Barat yang pernah diungkapkan sambil bercanda. Sayang daerah tempat kalian itu (maksudnya kabupaten sebelah), bingung saya melihatnya saat berada di pusat kabupaten (suatu ketika) yang jalanan dalam kota kabupatennya sekalipun masih becek dan berlumpur di kala hujan.
Rasa kaget saya semakin menjadi-jadi saat melihat semakin kedalamnya. Beberapa jalan usaha tani yang membelah areal perkebunan masyarakat pun mendapat perhatian luar biasa dari pemerintah. Hampir semua jalur, khususnya jalan usaha tani yang saya lewati rupanya telah diagregat yang menurut kabarnya bersumber dari pemerintah.
Semakin kedalam, mencoba melongok beberapa kampung lainnya, semakin terperangahlah saya. Luar biasa, mungkin itu adalah 2 kata yang tepat yang dapat saya sampaikan. Semua jalur jalan pada beberapa kampung yang saya lewati juga beraspal mulus dan sekali lagi hampir tidak dapat saya temukan dimana ada jalan yang berlubang. Sekali lagi ini sungguh luar biasa.
Pada sebuah kesempatan setelah tahun baru, saya sedikit mendapatkan gambaran dari seorang sahabat yang juga merupakan warga asli kabupaten tersebut. Mungkin kami tidak sekaya di kabupaten sebelah, tetapi disini, pemerintahnya lumayan memperhatikan akses publik bahkan hingga ke tempat-tempat wisata yang menjadi tujuan warga setiap liburan beberapanya telah diaspal mulus termasuk menyediakan berbagai sarana pendukungnya dan yang pasti pemerintah disini tidak terlalu mengandalkan adanya pihak lain, mayoritasnya murni dari APBD.
Hanya bisa tercenung saya saat mendengar pemaparan sayang kawan tersebut sambil membatin, entahlah, di Kutai Timur yang juga merupakan sebuah Kabupaten terkaya di negeri ini, yang para pemimpinnya sibuk dan sering hilir mudik ke ibukota negara sehingga tidak jarang begitu sulit untuk ditemui karena sangat jarang berada di ibukota kabupaten tersebut justru sangat berbeda.