Perayaan Siwatri tahun ini jatuh pada  Senin (27/1/2025), umat Hindu merayakan hari suci Siwaratri. Hari Suci Siwaratri dirayakan setiap tahun menurut kalender Isaka, yaitu pada purwaning Tilem atau panglong ping 14 sasih Kepitu (bulan ketujuh) dalam kalender Bali, sebelum bulan mati (Tilem), yang biasanya jatuh pada bulan Januari dalam kalender Masehi. Siwaratri memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Hindu, karena pada malam tersebut, Hyang Siwa melakukan yoga, menjadikannya waktu yang tepat bagi umat untuk menjalankan brata semadi, serta melakukan penyucian, perenungan diri, dan pemujaan kepada Sang Hyang Siwa.
Dalam keluraga saya, memang perayaan Siwaratri, memang pada prinsipnya sama, namun ada modifikasi,  agar lebih flesibel, tanpa mengurangi makna sucinya.  Urutannya  adalah sebagai berikut
(1) Sebelum melaksanakan seluruh kegiatan, maka terlebih dahulu dilaksanakan persembahyangan yang diperkirakan selesai tepat pada jam 06.00 dinihari, kami laksanakan di tempat suci, yang kami sebut Meranjan, masing-masing keluarga di Bali memiliki tempat suci ini, yang tempatanya arah Timur laut, atau kalau bali utara, yakni di tenggara. Upacara diawali dengan trisandya , panca sembah lalu nunas tirta.
(2) Monabrata atau berdiam diri dan tak berbicara. Pelaksanaannya dilangsungkan di pagi hari dan dilakukan selama 12 jam tepatnya dari jam 06.00 -- 18.00. fase ini meltih diri untuk merengi diri, sehingga nanti kita bisa lebih hati-hati berbicara. Dan, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, lidah dilatih untuk menahan diri
(3)Mejagra atau tidak tidur selama semalaman. Pelaksanaannya berlangsung dari pagi sampai pagi hari di keesokan harinya yang dilakukan selama 36 jam dari jam 06.00 -- 18.00 di keesokan harinya.Pada saat mejagra inilah, banyak dilakukan  dharma tula, membaca kitab suci, dan meditasi.
(4) Upawasa atau tidak makan dan tidak minum. Puasa ini dilakukan selama 24 jam dari jam 06.00 -- 06.00. Apabila sudah 12 jam maka diperbolehkan untuk makan dan minum dengan syarat bahwa nasi yang dimakan ialah nasi putih dengan garam dan minum air putih (air tawar tanpa gula).
MAKNA HARI Â RAYA SIWARATRI
Secara etimologis, kata "Siwaratri" berasal dari gabungan kata "siwa" dan "ratri". Dalam bahasa Sansekerta, "siwa" berarti baik hati, memberi harapan, membahagiakan, dan mudah memaafkan. Siwa adalah sebutan yang diberikan pada manifestasi Tuhan, yaitu Dewa Siwa, yang dalam ajaran Hindu dianggap sebagai pemurni atau pelebur dosa. Sementara itu, "ratri" berarti malam atau kegelapan. Dengan demikian, Siwaratri dapat diartikan sebagai malam untuk menghilangkan kegelapan dan menuju jalan yang terang
Makna sejati dari hari suci Siwaratri adalah malam perenungan suci, di mana kita bisa mengevaluasi dan mengintrospeksi diri atas perbuatan dan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Pada malam itu, umat memohon kepada Sang Hyang Siwa, yang juga sedang melakukan yoga, agar diberikan petunjuk untuk keluar dari perbuatan dosa tersebut. Malam Siwaratri ini menjadi saat yang sangat penting untuk mendekatkan diri secara spiritual kepada Siwa, dengan tujuan menyatukan atman (jiwa individu) dengan paramatman (jiwa universal). Beberapa orang memandang malam ini sebagai waktu untuk peleburan dosa, di mana dosa-dosa manusia bisa dihapus dengan menjalankan brata semadi dan pemujaan kepada Sang Hyang Siwa. Pemahaman ini tak lepas dari kisah Lubdhaka yang ditulis oleh Empu Tanakung, yang menggambarkan kehidupan seorang pemburu yang memiliki banyak dosa karena membunuh hewan-hewan tak bersalah.
KISAH DIBALIK PERAYAAN SIWARATRI