Pagi yang cerah itu, Saya berada di sebuah desa yang selama ini tampak damai dan sejuk. Setibanya saya di sana, saya disambut oleh hujan rintik-rintik dan bertemu dengan sosok orang tua yang selama ini memiliki dedikasi untuk melestarikan tradisi.
Beliau berbicara tentang bagaimana generasi muda dapat melanjutkan tradisi 'karawitan' dan memainkan tabuh untuk upacara atau piodalan di pura-pura masing-masing.
Sekarang, untuk memiliki seperangkat gamelan tidaklah sulit, karena banyak bantuan sosial atau sumbangan dari organisasi, partai, atau tokoh yang ingin mencalonkan diri, yang memberikan hibah gamelan sebagai imbalan untuk suara mereka.
Maka, hampir setiap banjar sekarang memiliki alat musik itu. Yang penting sekarang adalah bagaimana gamelan tersebut dapat diberdayakan. sampai disna kita diajak merenungi nasihat ini, Kita makin mengakui dan menerima, menghormati dan merayakan, keragaman budaya kita, sebab budaya adalah pelebaran pikiran dan jiwa."Tidak ada budaya yang bisa hidup jika berusaha menjadi eksklusif.
Dalam pemberdayaan ini, dibutuhkan semacam pelatihan, namun sayangnya, tidak banyak tutorial yang diberikan dengan tulus, banyak orang tak tahan godaan, karena kebutuhan zaman sekarang yang semakin mendesak---mulai dari biaya pulsa, listrik, SPP anak-anak, sepeda motor, dan kebutuhan sekunder lainnya.
Di tengah kehidupan yang semakin materialistis inilah, saya bertemu dengan sosok orang tua tersebut. Saya pun bertanya padanya, "Apakah Anda seorang guru?" Dia menjawab, "Sehata, Jro," dengan nada yang sangat lembut. Beliau melanjutkan, "Bulan ini banyak puja wali di pura desa, siapa yang akan mengatur 'tetangguran Guru'?" Saya pun bertanya balik, "Oh, banyak yang mau, karena setiap komunitas sudah bisa memainkan beberapa lagu dengan gamelan itu, jadi kami tidak kesulitan mencari pemainnya." Lalu dia berkata, "Saya mengajari mereka semua, saya bersedia menjadi pelatih mereka tanpa digaji. Mereka ingin belajar memainkan gamelan, dan itu sudah membuat saya senang dan bahagia.
Sungguh luar biasa guru itu. Dia ingin mengisi sisa hidupnya dengan berbuat kebajikan agar ada kenangan yang tertinggal.
Pada saat itu, saya teringat sebuah pepatah: "Ribuan lilin dapat dinyalakan dari satu lilin, dan cahaya lilin itu tidak akan berkurang." Kebahagiaan tidak akan berkurang jika dibagikan. Artinya, hidup ini adalah tentang berbagi---semakin banyak kita memberi, semakin banyak pula yang kita terima.
Bersinergi dengan kebijakan alam, guru itu dan alam semesta , mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana, menebar kebajikan tanpa pamrih, tanpa henti menggambarkan bagaimana satu tindakan kebaikan atau kebahagiaan yang kita berikan tidak akan mengurangi apa yang kita miliki, justru bisa menyebar dan membawa cahaya lebih banyak kepada orang lain. Sama halnya dengan kebahagiaan, semakin kita membagikannya kepada orang lain, semakin banyak pula kebahagiaan yang tercipta di dunia ini.
Setiap laku kebajikan adalah cahaya, yang menerangi jalan dalam kegelapan, menjadi pelita bagi mereka yang terlupakan, dan membawa kita pada kebahagiaan yang abadi. Nmaun kebajikan itu memberikan vibrasi yang luar biasa untuk membentuk pikiran suci selanjutanya,
Pesan ini mengajak kita untuk lebih peka terhadap orang-orang di sekitar kita dan menyadari bahwa tindakan kecil penuh kebaikan dapat memberikan dampak besar tanpa mengurangi apapun dari diri kita. Kebahagiaan yang kita bagi akan terus berkembang, seperti cahaya lilin yang tak pernah padam
Guru itu berkata, Akar dari segala sesuatu adalah pikiran. Pikiran adalah sumber kebaikan dan kejahatan, pikiran kita terbentuk dari sari-sari makanan yang bila kita peroleh dengan tidak baik, maka dia akan hadir menjadi pikiran toxik. Dan sering jahat, molekul sari makanan itu diperoleh dari pikiran jahat, itu sebabnya , makanan harus diperoleh dengan kesucian,
Seperti air yang mengalir tanpa lelah,kebaikan pun akan terus mengalir dalam hati, membasuh luka, menumbuhkan harapan, menghantarkan kita pada kedamaian sejati. Bila makanan dan materi yang diperoleh dengan kesucian, dengan balasan yang baik, maka akan mendapat imbalan yang baik, maka berlaku dalil, Hati yang murah hati, ucapan yang baik, dan kehidupan pelayanan dan kasih sayang adalah hal-hal yang memperbarui kemanusiaan)
Bukanlah tentang banyaknya harta atau pujian,kebajikan lahir dari ketulusan dalam tindakan, tanpa mengharap balasan atau kemenangan, hanya untuk membuat dunia ini lebih damai, lebih terang.
Langkah-langkah kecil yang tak tampak, adalah jejak kebajikan yang terbentang luas, di setiap senyuman, di setiap uluran tangan, terdapat kekuatan yang tak pernah padam.
"Rahasia keberadaan adalah untuk tidak memiliki rasa takut. Ketika kita melepaskan ketakutan, kita membuka pintu untuk menemukan kedamaian sejati dalam hidup ini. Takut hanya membelenggu kita pada bayangan-bayangan yang belum tentu nyata, sementara keberanian memberi kita kekuatan untuk menjalani hidup dengan penuh harapan dan keyakinan. Hidup bukan tentang menghindari ketakutan, tetapi tentang belajar untuk tetap melangkah meskipun ada ketakutan di depan kita. Karena pada akhirnya, keberadaan kita adalah untuk merasakan setiap momen dengan sepenuh hati, tanpa takut akan apa yang akan datang." Moga bermanfaat****
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI