Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kegelisahan Dewi Kunti , antara Perang dan Perdamaian.

15 Januari 2025   22:03 Diperbarui: 15 Januari 2025   22:11 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewi Kunti (Sumber :ANTV) 

Senja itu, demikian terkesan, menusuk hati , membuat gundah gulana. Di ujung langit, matahari mulai berpamitan, Cahaya senja membelai lembut tanah yang lelah. Malam hari, waktu yang berbicara dalam bisu, diiringi suara belalang malam dan desau angin selatan yang dingin.

Dewi kunti, di Puri Hastinapura, tampak  sama seperti melihat taman yang disusupi malam  bunga-bunga dengan  warna-warna yang tak lagi cerah. Burung-burung pulang, menyisakan jejak terbang,Suara angin berbisik antara pepohonan, menemani Sang  Dewi kunti di ruang keputren sendirian. Dia gelisah dan  resah.

Gelisah mungkin itu normal, karena Dewi Kunti adalah seorang Ibu. Ibu kandung Yudistira, Werkodara (Bima), dan Arjuna dan juga adalah istri pertama Pandu yang sah. Selain itu Kunti juga ibu kandung dari Adipati  Karna. Sepeninggal Pandu, ia mengasuh Nakula dan Sadewa 

 Sebagai seorang ibu, kegelisahaan nya, menandakan bahwa dia adalah ibu yang sejati, menyayangi putra-putranya. Kegelisahan itu bukan karena dinginnya malam, namun bermula Ketika Krishna gagal melakukan misi perdamaian dengan Kurawa. Sri Krishna datang, dengan hati penuh harapan,Menawarkan perdamaian, meski dunia terbelah dua."Jangan biarkan pedang menjadi solusi," Ucap Krishna dengan ketenangan yang dalam,. Selesaikan kebencian yang mengalir dalam darah,Sebelum pertempuran menghancurkan segalanya."

Di hadapan Duryodhana yang keras kepala,, Krishna berbisik lembut, menawarkan jalan damai,Namun kebanggaan dan nafsu mempengaruhi jiwa, Menutup telinga terhadap kata-kata bijak yang dating.

Krishna sebagai utusan Pandawa menawarkan  perdamaian dengan membagi Kerajaan Astina, menjadi dua bagian, satu bagian untuk Pandawa, dan bagian yang lain untuk Kurawa, permintaan ini ditolak mentah-mentah oleh Kurawa, lalu, Krishna juga menawarkan, hanya lima desa untuk pandawa lima, itupun ditolak.

Krishna tersenyum, "Di Kurukshetra, debu perang sudah mulai terbang,Di antara dua saudara yang tak lagi melihat cinta, apa yang diharapkan dari suasana seperti ini, kecuali 'persiapan untuk berperang, untuk menegakkan kebenaran, menghancurkan kesombongan dan ketamakan. Meski Krishna berusaha mencegah dengan segala cara.Karena tak semua hati bisa menerima kedamaian,

Dan dalam penderitaan, kita temukan takdir yang nyata. Krishna, dalam kebijaksanaan dan kasih-Nya. Menyaksikan pertempuran yang tak bisa dielakkan,Namun di balik setiap langkah dan kata,Tertanam misi: perdamaian hanya bisa dimulai di hati.  Misi perdamaian gagal perang akan segera dimulai.

 Mendengar misi perdamaian gagal,  Kini dalam benak Dewi Kunti , perang dahsyat tak bisa dihindarkan. Udara dingin malam itu tak membuatnya bahagia, namun semakin membeku, atas kesedihan yang akan menimpa generasi Kuru, yang dibanggakan, karena mereka harus berperang saling membunuh untuk ' menguasai negeri' dan memimpin negeri. Luar biasa pedihnya, berkuasa bukan dipilih seperti zaman modern, namun 'perang, hasil menang perang menjadi pemimpin, kalah berarti mati, dan dikubur atau dikremasi.

Malam yang terus menusuk kulit, di balik senyumnya yang lembut, Dewi Kunti , tampak jelas, menandakan adanya sesuatu yang  tersimpan gelisah yang tak pernah padam , pada setiap  detik malam , doa-doa terucap pelan. Meminta Tuhan lindungi anak-anaknya dari dunia yang tak selalu ramah. Oleh ambisi kekuasaan dan kerakusan yang tumbuh subur. Karena ketidakadilan pembagian kekuasaan, antara yang berhak dan yang tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun