Ketika peringatan HUT ke-52 PDIP yang diadakan pada Jumat (10/1-2025 ) lalu pidato Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri,memang unik, dan menjadi pusat perhatian publik. Selain durasi relatif  lama sekitar 3 jam, ketegasan nampak jelas, di usia Ibu Mega  sudah 78 tahun, masih energik dan bisa ingat banyak hal, tentu, tidak sembarang wanita diusia yang sudah mendekati renta itu , masih bisa  eroik dan bersemangat seperti dia." Aku adalah wanita kuat," seperti pernah dikatakannya di suatu kesempatan.Â
Inilah salah satu yang menjadi magnet para kader partai banteng moncong putih itu, setia dan bulat patuh padanya.  Namun demikian,  saya masih berharap diusia senjanya Ibu Mega, menjadi sosok politikus dan negarawan, yang setia pada  petitih ini, Politik yang bijak adalah politik yang mampu mempersatukan perbedaan dan membangun kerjasama yang harmonis. Mungkin itu yang kekeh ibu Mega lakukan dengan caranya sendiri. Yang kerap sulit dimaknai oleh lawan politiknya, termasuk saya.Â
Itu sebabnya, sekolah politiknya meluluskan banyak kader politikus hebat, kemudian mengabdi pada negara, namun  kerap terjadi tak sejalan dengan garis partai, adagium pun berlaku, Setiap orang berbakat di bidang tertentu. Sekolah (guru)  hanya harus menemukan apa bakatnya, setelah itu dia berkembang melebihi guru-gurunya. Sebab murid pintar dan cerdas, biasanya berkembang sesuai dengan zaman, dan terus berikhtiar mengusung sebuah  prestasi demi negara, sekolah politik PDIP sudah teruji meluluskan,  Jokowi, Gibran, Boby Nasution, Effendi Simbolon, dan lain-lain. Namun mereka dipecat dari almamater yang melahirkannya. atau tidak diakui anak didiknya. Lucu dan menarik memang?  Atau ada yang keliru? Entahlah.
Atau, semua kader partai harus patuh, sujud, seperti robot, tanpa kreasi, politik memang harus kaku atau fleksibel, menjadi perdebatan,  tergantung dari  sudut pandang mana hendak ditatap. Namun sejatinya, disinilah  perlu dimamah dan dicerna secara arif,  Partai  adalah organisasi seperti layaknya makhluk hidup, karena memiliki siklus kehidupan yang serupa dengan kehidupan organisme. Seperti halnya makhluk hidup yang lahir, tumbuh, berkembang, dan akhirnya mengalami kematian, organisasi juga mengalami fase-fase serupa. kalau tidak dipelihara  dengan baik.
Sebuah organisasi dapat "lahir" ketika didirikan, kemudian berkembang seiring dengan pencapaian tujuannya, menghadapi tantangan, serta beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekitar. Namun, seperti makhluk hidup, organisasi juga dapat mengalami penurunan, krisis, atau bahkan "kematian" apabila tidak mampu beradaptasi atau mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, organisasi, layaknya makhluk hidup, harus dikelola dengan bijaksana agar tetap dapat bertahan dan berkembang. Dititik itu, maka Keberhasilan sebuah partai terletak pada kekuatan kolektifnya, bukan pada individu semata. Bersama, kita akan tumbuh dan berkembang."itulah spiritnya. Â
A STRATEGY OF INGRATIATION
Kembali ke suasana Pidato Ibu Megawati, Nampak semua kader, semangat  dan benar-benar menjadi semacam  nasihat pada anak-anak mereka. Pidato ini adalah nasihat pada anak-anak banteng, yang terus bergerak membawa misi politik untuk wong cilik dan menegakkan demokrasi, walaupun tak sedikit orang nynyir, partai yang tidak menjalankan demokrasi dan , juga menerapkan dinasti. Begitulah kritik orang luar. Namun dalam internal PDIP tak sedikit yang berjuang dengan  strategi, meminjam  konsepsi Judge, T. A., & Bretz Jr, R. D. (1994). Sebagai a strategy of ingratiation"  yang tertuang  secara jernih dalam artikelnya berjudul"Political influence behavior and career success.  Yang termuat dalam Journal of management.  Lalu apa yang dimaksud dengan " a strategy of ingratiation" itu?
A strategy of ingratiation merupakan taktik yang berfokus pada atasan. Sebuah perilaku, yang membuat  visi misi Pempinnya senang, Tentu ini telah dibuktikan bahwa  perilaku pengaruh politik terhadap kesuksesan karir.  Nampaknya  para lingkaran Ibu mega dalam PDIP, dominan diisi oleh mereak yang menganut A strategy of ingratiation.  Apakah salah ? tentu tidak sepanjang strategi itu benar-benar mengoptimalkan pencandraan berdasarkan fakta dan analisis ilmiah. Dan bukan  menyodorkan data palsu.
Ingrasi dapat dijelaskan sebagai upaya perilaku pengaruh yang bertujuan untuk meningkatkan kesukaan atau kemiripan dengan individu yang menjadi sasaran . Inti dari perilaku ingrasi jelas terletak pada usaha untuk terlihat menyenangkan Dalam karya penting tentang ingrasi, Jones (1964) mengidentifikasi tiga jenis taktik ingrasi: meningkatkan citra orang lain (misalnya, dengan memuji); presentasi diri (contohnya, bersikap rendah hati palsu, tersenyum, memberikan bantuan); dan konformitas pendapat (misalnya, mengungkapkan nilai dan keyakinan yang serupa dengan milik individu yang menjadi sasaran). Motif utama dari taktik peningkatan orang lain adalah untuk memperoleh kesukaan (Ralston, 1985). Bahkan, teori keseimbangan Heider (1958) memprediksi bahwa kesukaan akan dibalas. Artinya, jika individu A merasa bahwa individu B menyukainya, maka individu A akan terdorong untuk menyukai individu B (Ralston & Elsass, 1989). Banyak penelitian dalam psikologi sosial mendukung gagasan bahwa orang cenderung menyukai mereka yang menyukai mereka.
 Dengan cara yang serupa, taktik presentasi diri seperti kerendahan hati palsu dan pemberian bantuan juga dapat meningkatkan kesukaan Selanjutnya, motivasi untuk meningkatkan kesukaan mungkin menjadi dasar dari konformitas pendapat, karena paradigma kesamaan-atraksi yang terkenal (Byrne, 1971) menunjukkan bahwa konformitas pendapat dapat memperkuat persepsi kesamaan, yang kemudian mengarah pada ketertarikan atau kesukaan.