Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Petani - Petani anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tren Kuliner dan Keragaman Budaya

18 September 2024   14:07 Diperbarui: 18 September 2024   18:56 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: best-traditional.blogspot

 

Sebuah kata bijak, yang dikemukaan oleh  Julia Child, sosok  Cooker dari AS mengatakan: "Sangat menyenangkan berkumpul dan makan enak setidaknya sekali sehari. Itulah kehidupan manusia, menikmati sesuatu."  Pesan yang inspiratif. 

 Dalam rangka membangun kesenangan keluarga, saya bersama istri  datang ke salah satu Mal Surabaya, Royal,  saya mau makan, ada satu sudut yang menawarkan aneka jenis sambal,  salah satu sambel matah' sambal khas dari Bali, tersajikan dengan apik disna, dan saya lihat banyak juga yang memesan sambel itu. Lama tak makan sambel, maka kita pun makan dengan laap  makanan dengan sambel khas dari desa saya itu.

Budaya kuliner tradisional, dengan ragam etnosains kini mulai mendapat tempat, sehingga penghargaan pada tradisi lokal, kian menjadi global. Selain itu beberapa makanan lokal di Bali disajikand alam menu-menu yang disukai oleh pelancong /turis manca negara.

Kuliner apa itu? 

Secara etimologis, kuliner berasal dari kata Inggris "culinary," yang diambil dari bahasa Latin "culinarius," yang berakar dari "culina," yang berarti dapur atau tempat memasak. Memasak memiliki makna yang luas, yaitu proses transformasi dari alam menjadi budaya. Selain itu, memasak juga berfungsi sebagai "bahasa" yang kita gunakan untuk mengungkapkan diri dan keberadaan kita di dunia. Kita bisa mengadaptasi ungkapan Descartes menjadi "Saya makan, maka saya ada" (Woodward [ed.], 1999: 31-32).

Apa yang kita konsumsi mencerminkan banyak aspek tentang diri kita dan budaya tempat kita berasal. Makanan berfungsi sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengekspresikan identitasnya. Ungkapan "we are what we eat" dan "we are what we don't eat" mencerminkan identitas budaya sebuah komunitas, dan bahkan dapat mencerminkan identitas suatu bangsa secara lebih luas. Secara lebih mendalam, ungkapan Jean Anthelme Brillat-Savarin, "Tell me what you eat, I'll tell you who you are," menggambarkan hal ini dengan jelas. Jean Anthelme Brillat-Savarin (1 April 1755-2 Februari 1826) adalah seorang pengacara dan politisi Prancis yang terkenal sebagai seorang epikurean dan ahli gastronomi.

Itu sebabnya, diera Globalisasi telah mendorong munculnya budaya makanan global yang melampaui batas negara, sekaligus meningkatkan penghargaan terhadap keragaman budaya melalui makanan. Namun, setelah beberapa skandal dan konflik terkait produksi makanan yang direkayasa secara genetik, kepercayaan publik telah terganggu, membuat konsumen modern lebih memilih makanan tradisional, lokal, organik, dan makanan dengan berbahan herbal, mulai dilirik oleh konsumen global.

Budaya makanan global

Budaya makanan global merujuk pada pertukaran dan pengaruh kuliner yang terjadi di seluruh dunia, di mana berbagai tradisi dan praktik makanan dari berbagai negara saling berinteraksi. Hal ini mencakup: (a) Diversifikasi Makanan, yaitu Munculnya berbagai jenis masakan dari berbagai negara di tempat-tempat lain, seperti restoran internasional yang menyajikan masakan asing.

Kedua, Inovasi Kuliner, yaitu  Kreasi resep baru yang menggabungkan elemen dari berbagai budaya, menghasilkan hidangan fusion yang unik. Ketiga, Perubahan Pola Makan, meliputi  Peningkatan minat terhadap makanan sehat, organik, dan berkelanjutan, serta pilihan berbasis nabati. Keempat, Penyebaran Teknologi, Kemajuan dalam teknik memasak dan penyajian yang diadopsi secara global, seperti penggunaan teknologi modern dalam restoran. Kempat, Kesadaran Budaya, meliputi  Masyarakat semakin menghargai keanekaragaman makanan dan asal-usulnya, yang dapat meningkatkan penghargaan terhadap tradisi kuliner lokal.

Budaya makanan global menciptakan jembatan antara berbagai komunitas dan memperkaya pengalaman kuliner, meskipun juga menghadapi tantangan terkait dengan keaslian, keberlanjutan, dan dampak lingkungan.

Trend Kuliner Saat Ini 

Tren saat ini menunjukkan bahwa minat terhadap praktik makanan tradisional, lokal, dan berkelanjutan semakin meningkat, menarik konsumen yang menginginkan pengalaman makan yang lebih autentik dan etis. Meskipun demikian, produsen makanan tradisional dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan produk mereka agar dapat bersaing di pasar, sembari mematuhi regulasi dan menghadapi tekanan dari pengecer besar. Akibatnya, mereka perlu meningkatkan keterampilan dan mengadopsi inovasi untuk menonjolkan manfaat nutrisi dan kesehatan produk mereka. Namun, perubahan ini bisa mengancam daya tarik tradisional, yang sering kali ditolak oleh konsumen, terutama dalam sektor makanan tradisional.

Berikut adalah beberapa tren kuliner yang sedang berkembang saat ini:

  • Makanan Berbasis Tanaman: Peningkatan minat pada makanan nabati, termasuk burger nabati dan alternatif susu, sebagai respons terhadap kesadaran kesehatan dan lingkungan.
  • Keberlanjutan: Fokus pada praktik pertanian yang ramah lingkungan, penggunaan bahan lokal, dan pengurangan limbah makanan.
  • Makanan Fermentasi: Kembali populer karena manfaat probiotiknya, dengan produk seperti kimchi, kombucha, dan yogurt.
  • Pengalaman Bersantap yang Unik: Restoran menawarkan pengalaman yang lebih dari sekadar makan, seperti konsep farm-to-table atau pengalaman interaktif.
  • Kesehatan dan Nutrisi: Makanan yang diformulasikan untuk kesehatan, seperti rendah gula, bebas gluten, atau kaya protein.
  • Makanan Internasional: Peningkatan minat pada masakan dari berbagai negara, seperti masakan Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
  • Teknologi dalam Makanan: Penggunaan teknologi untuk memudahkan pemesanan, pengiriman, dan penyajian makanan, termasuk aplikasi untuk layanan antar.
  • Katering untuk Diet Khusus: Makanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan diet tertentu, seperti keto, paleo, dan vegan.
  • Makanan Instan dan Siap Saji: Permintaan untuk makanan yang cepat dan mudah, tetapi tetap sehat dan berkualitas.
  • Inovasi dalam Pengemasan: Kemasan ramah lingkungan dan inovatif yang mendukung keberlanjutan dan kenyamanan.

Inovasi kuliner masa depan 

Inovasi kuliner, yang dipacu oleh keberagaman budaya, memainkan peran penting dalam menciptakan rasa yang unik dan menyesuaikan bahan musiman serta lokal. Selain itu, inovasi ini mendukung penggabungan tradisi kuliner yang menekankan pada penggunaan bahan lokal, yang tidak hanya menjaga warisan budaya tetapi juga selaras dengan tujuan keberlanjutan, mengurangi jejak karbon, dan mendukung komunitas lokal.

Namun, kita harus berhati-hati untuk tidak menganggap bahwa makanan lokal selalu lebih ramah lingkungan dibandingkan makanan global hanya karena diproduksi lebih dekat. Misalnya, restoran dapat menjadi sumber ketidakberlanjutan karena pemborosan makanan dan penggunaan bahan non-biodegradable seperti plastik, serta emisi dari proses memasak.

Alih-alih memisahkan makanan menjadi kategori "lokal" dan "global" atau "musiman," lebih baik kita mengadopsi pandangan holistik tentang sistem makanan, yang mengenali interaksi antara faktor lokal dan global. Pendekatan ini harus menangani keberlanjutan dalam semua aspeknya dan mendukung kemajuan nyata dalam konsumsi makanan berkelanjutan. Dalam konteks ini, sistem makanan tradisional secara alami mengintegrasikan praktik berkelanjutan, seperti agroforestry dan perikanan ramah lingkungan.

Praktik makan yang berkelanjutan, seperti konsep farm-to-table, inisiatif nol limbah, dan menu ramah lingkungan, semakin populer, memenuhi permintaan konsumen dan tujuan lingkungan. Keberlanjutan dalam produksi, persiapan, dan penyajian makanan sangat penting untuk persepsi "kualitas keseluruhan" di kalangan konsumen modern. Tren ini juga mencakup layanan yang memperhatikan kebutuhan nutrisi, kebersihan, sosial, dan budaya pelanggan. Perusahaan layanan makanan, terutama yang berfokus pada pengantaran dan takeout, diharapkan akan terus tumbuh karena meningkatnya permintaan untuk kenyamanan dan kemudahan pemesanan online.

Penyedia layanan makanan yang mengutamakan kesehatan dan berbasis tanaman juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan, seiring dengan meningkatnya minat konsumen terhadap pilihan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Ada peluang bagi pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendukung kesehatan masyarakat dan lingkungan, termasuk langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi berlebihan, seperti mendorong pola makan dengan lebih sedikit daging dan mengatur makanan ultra-proses.

Inklusivitas dalam pengalaman bersantap, yang memperhatikan kebutuhan diet dan latar belakang budaya yang beragam, juga mendorong rasa keterhubungan. Selain itu, kemajuan teknologi akan membentuk masa depan pengalaman bersantap. Contohnya, pengembangan meja makan pintar yang dapat menghitung kalori dari makanan yang dikonsumsi. Makanan cepat saji kemungkinan akan berfokus pada menu yang lebih sehat, keberlanjutan, serta teknologi canggih dalam pemesanan dan pengantaran. Teknologi realitas tambahan dan virtual akan menawarkan pengalaman kuliner yang lebih mendalam, mempengaruhi persepsi sensorik dan sosial konsumen.

Restoran dapat memanfaatkan realitas tambahan untuk menciptakan pengalaman yang lebih menarik, seperti melalui estetika dan storytelling yang sesuai dengan preferensi pelanggan. Ada juga ide untuk sistem yang menggunakan kamera untuk menganalisis gambar makanan, mengidentifikasi komponen dan ukuran porsi, serta memperkirakan asupan kalori melalui database online.

Dalam konteks ini, pengembangan tanaman pangan yang lebih tahan dilakukan melalui dua cara: pertama, dengan rekayasa genetik, seperti teknologi CRISPR, yang digunakan untuk menciptakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan perubahan iklim, guna meningkatkan hasil panen dan mengurangi ketergantungan pada pestisida. Kedua, dengan meningkatkan kualitas dan nilai gizi, misalnya dengan menambah kandungan vitamin dan mineral dalam tanaman.

Selain itu, teknologi fermentasi dan mikroba digunakan untuk menghasilkan pangan nabati yang menyerupai produk hewani dan meningkatkan nilai gizi dari produk fermentasi, seperti yogurt dan kefir. Moga bermanfaat ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun