Mohon tunggu...
Sekar Herdiyani
Sekar Herdiyani Mohon Tunggu... -

mahasiswi; cantik!; Anggota aktif Front Pembela Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pertiwi Nyaris Mati

13 Juli 2011   17:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kian banyak yang menari-nari riang dalam tangisan pertiwi
Kian menetas penerus-penerus yang melanjutkan jejak anjing-anjing penjilat
Yang girang menggerayangi senti demi senti kemolekan sang bunda
Tiada henti mengoyaknya berkali-kali, mengecap kepuasan bersama birahi

Pertiwi bagai sampah, ketika ia tak lagi perawan
Pertiwi tak lagi dipandang, ketika ia kian meredup
Ia nyaris mati!

Sampai kapan manusia ini akan mengerti?
Sampai kapan manusia ini akan menyadari?
Sampai kapan manusia ini akan berhenti memaki?

Pertiwi yang memberinya kehangatan telah menjadi dingin.
Pertiwi yang meyediakan susu telah menjadi kering.
Pertiwi yang menyebarkan kupu-kupu yang menari-nari, telah menjadi lesu.

Masih beranikah kau angkat wajahmu di hadapan bumi?
Bersama fitnah yang kau acung-acungkan dengan tangan kejimu
Jangan salahkan pertiwi, jika ia tak lagi memberimu nasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun