Mohon tunggu...
Intan Baidoeri
Intan Baidoeri Mohon Tunggu... -

perempuan yang pantang menyerah dengan hal kecil dan bodoh berusaha kuat dengan caranya sendiri * suka dipanggil Ntan * lahir di Surabaya bertepatan dengan peringatan G30S/PKI (memang masih ada?) * sudah selesai kuliah tapi tidak suka membubuhkan title dibelakang nama * nomaden diseputar Makassar * amat sangat menyukai nyanyi dan orang-orang bilang suaraku bagus :D * dari kecil suka dengan pekerjaan lelaki * suka menyendiri dalam kamar gelap * takut ketinggian dan cicak * pecinta senja, pinus, purnama dan mata bening bocah cilik * sedang mendambakan memancing di laut :D

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Peringatan (yang Tak Layak) untuk Hari Anti Korupsi Sedunia

10 Desember 2009   07:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya sudah membuat sebuah postingan untuk aksi demo yang terjadi hari ini di Makassar.  Katanya sih demo ini digalang untuk turut berpastisisai dalam memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia yang jatuh di tanggal 9 Desember. Tadinya saya mau menceritakan aksi konvoi yang teratur dan tidak neko-neko dari para pendemo. Trafik jalan tidak terlalu berpengaruh, karena polisi dengan sigap membantu lalu lintas jalan yang memang sedang padat-padatnya.

Belum sempat postingan saya ter-publish, ternyata apa yang terjadi. Saya membaca beberapa status fesbuk dari beberapa teman dan berita online bahwa terjadi keanarkisan pendemo yaitu pengerusakan bangunan restoran, fasilitas umum hingga kendaraan yang sedang di parkir.

*sigh*

Haruskah sejarah buruk terus dan terus diadopsi? Saya merasa masyarakat dan mahasiswa terus-terusan melangkah ke belakang, sadar maupun tanpa sadar. Padahal kita adalah manusia yang dibekali otak dan nurani yang dapat digunakan untuk mengolah segala rasa dan pikiran kita untuk terus berinovasi dan kreatif.

Sadarkah kalau fasilitas umum yang dirusak itu adalah hasil pajak yang kita bayarkan pada saat kita nonton di bioskop, berbelanja pakaian dan sepatu, membeli sebungkus mie instan atau mungkin hanya sebatang rokok yang kalian isap dan buang percuma.

Taukah saudara kalau semua itu tidak didapatkan dengan sekejab saja seperti pada saat kalian rusak, terlebih lagi pengerusakan itu malah menjadi biang korupsi lagi. Kenapa? karena fasilitas umum yang dirusak berdampak pada perbaikan fasilitas umum lagi dan itu menggunakan uang negara. Nah, apa yang terjadi? pembengkakan APB, mark-up pembiayaan :( .

Moral bangsa Indonesia memang sedang sekarat, tapi kita tidak bisa menyalahkan apa dan siapa. Mulai lah memperbaiki moral dari keluarga sendiri, paling tidak kita ikut bertanggung jawab meskipun skalanya tidak besar. Dengan harapan hari esok dapat menjadi lebih baik.

Jujur, sebenarnya saya ndak mau posting tentang keadaan negara kita dengan terjadinya kasus di sana-sini. Saya merasa kita sebagai warga akan lelah sendiri karena memikirkan kasus penggelapan dan skandal yang tidak pernah ada habisnya. Sedangkan pemerintah tidak pernah memikirkan kenyamanan dan ketentraman rakyat. Padahal kita punya kehidupan yang tiap harinya harus dijalani. Kedengaran egois dan apatis. Tapi begitulah keadaan Indonesia sekarang.

Postingan ini tidak mengandung tendensi apa-apa. Saya hanya miris melihat kejadian tidak berotak yang dilakukan oleh sekerumpulan makhluk yang dinamakan manusia. Smoga kita semua mendapat pelajaran yang berharga dari segala yang terjadi di muka bumi.

*postingan ini diambil dari blog saya disini*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun