Mohon tunggu...
Nisya A
Nisya A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Be your own kind of beautiful!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kelas serta Kapitalisme pada Rusunawa sebagai Bukti Kesehatan Masyarakat

11 Desember 2024   13:52 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rusunawa (Sumber : dpuprpkp.malangkota.go.id)

Rusunawa atau rumah susun sederhana merupakan salah satu jenis dari perumahan yang dibangun untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Yang mana pada awalnya pembangunan rusunawa digunakan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi adanya peningkatkan kebutuhan perumahan di perkotaan. Konsep rusunawa sekaligus menjadi solusi bagi masyarakat yang kurang mampu dalam membeli rumah karena rusunawa memiliki harga yang lebih terjangkau.

 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, rumah susun merupakan suatu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan, yang terbagi atas bagian-bagian yang terstruktur dalam arah horizontal maupun vertikal. Namun nyatanya dalam pembangunan rusunawa muncul masalah-masalah baru seperti lahan yang tersedia terbatas, anggaran yang tidak memadai untuk penyediaan lahan dan minimnya regulasi untuk pembangunan rusunawa.

Salah satu karakteristik dari rusunawa yang identik yaitu harga yang terjangkau. Rusunawa dibangun dengan biaya atau pengeluaran yang tergolong rendah dibandingkan dengan perumahan konvensional, yang mana membuat harga sewanya pun lebih terjangkau untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun disisi lain, fasilitas yang ditawarkan pun sederhana, umumnya rusunawa menyediakan fasilitas seperti air bersih, listrik dan lain sebagainya yang termasuk fasilitas dasar. Dan karena kebanyakan rusunawa dibangun pada area perkotaan, kepadatan pun juga tinggi apalagi pada lingkungan rusunawa tersebut. Kepadatan penghuni pada rusunawa tergolong tinggi karena banyaknya jumlah penghuni dalam satu bangunan tersebut.

Adanya rusunawa memang mampu sebagai solusi bagi masyarakat yaitu untuk memberikan akses perumahan yang terjangkau, namun nyatanya rusunawa memunculkan beberapa masalah kesehatan bagi masyarakat khususnya kesehatan fisik dan mental. Pada masalah kesehatan fisik diakibatkan oleh lingkungan yang kurang bersih sehingga muncul berbagai penyakit pernafasan karena kepadatan yang tinggi membuat sirkulasi udara pada lingkungan tersebut menjadi buruk. Hal ini memicu adanya penyakit pernafasan seperti asma, bronkitis atau bahkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Selain itu masalah kesehatan fisik yang lain yaitu penyakit menular seperti flu hingga penyakit kulit. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi, ventilasi yang terbatas dan tidak terjaganya kebersihan lingkungan rusunawa dapat menyebabkan hal itu terjadi. Dengan kondisi rusunawa yang sempit dan kotor akan lebih mudah kuman menyebar untuk dapat memicu penyakit-penyakit itu datang.

Selain masalah kesehatan fisik, masalah kesehatan mental pun muncul di lingkungan rusunawa karena kondisi lingkungan yang kurang ideal. Hal tersebut antara lain: stress dan kecemasan, yang mana dengan terbatasnya ruang pribadi, minimnya kenyamanan yang menyebabkan penghuni dapat merasa stress dan tertekan. Selain itu juga muncul perasaan terpinggirkan karena mayoritas penghuni rusunawa merupakan kelas sosial yang lebih rendah sehingga terpinggirkan oleh masyarakat yang lebih tinggi kelas sosialnya. Stigma pun muncul karena dianggap tinggal ditempat yang kumuh dan kurang pantas, hal itupun menyebabkan perasaan stres dan tertekan.

Kapitalisme (Sumber : lenterakecil.com )
Kapitalisme (Sumber : lenterakecil.com )

Pada salah satu buku perspektif Sosiologi Kesehatan terkait kelas dan kapitalisme dijelaskan bahwa dalam strata tertentu didalam lapisan masyarakat memiliki kesehatan yang lebih buruk dan memiliki lebih sedikit kesempatan untuk sehat dibandingkan yang lain dan salah satu alasan penyebabnya adalah kemiskinan. Dijelaskan pula bahwa orang yang lebih miskin, dalam menjalani kehidupannya cenderung lebih dirundung oleh adanya penyakit dan kecacatan. Salah satu poin menonjol yang dijelaskan dalam buku tersebut yaitu terdapat perbedaan kesehatan antara orang dengan latar belakang kelas sosial 5 (paling rendah) dengan kelas sosial 1 (paling tinggi), yang mana mereka pada kelas sosial 5 akan meninggal rata-rata tujuh tahun lebih awal dibandingkan mereka yang berada di kelas sosial 1.

Dalam konteks rusunawa, kelas sosial seringkali menjadi salah satu faktor dari kondisi kesehatan masyarakat. Pada rusunawa sendiri, penghuni yang ada berasal dari kalangan pekerja dengan penghasilan yang rendah sehingga kelas sosial ini seringkali memiliki keterbatasan akses pada layanan kesehatan yang baik, memadai, maupun gizi yang seimbang. Dimana kondisi tempat tinggal mereka yang padat, sanitasi yang kurang memadai dan juga tekanan yang tinggi menyebabkan kehidupan mereka khususnya pada kesehatan menjadi semakin buruk.

Sedangkan kapitalisme, kapitalisme terkadang mempu memperburuk kesenjangan sosial yang mana penghuni rusunawa akan terpinggirkan dari akses perawatan kesehatan yang berkualitas. Kapitalismepun seringkali memanfaatkan sistem pekerjaan yang rentan sehingga menyebabkan individu pada kelas pekerja (seperti penghuni rusunawa) berada dalam kondisi tidak sehat, upah rendah, dan jamsos yang tidak memadai pada saat bekerja. Hal ini berakibat dan berdampak pada kesehatan mereka, baik fisik maupun mental.

Perspektif sosiologi kesehatan terkait kelas dan kapitalisme memberikan masukan akan pentingnya reformasi sosial serta kebijakan-kebijakan dalam kesehatan yang lebih inklusif atau merangkul untuk dapat mengurangi adanya ketimpangan akses pada layanan kesehatan. Hal ini juga dapat menjadi salah satu solusi untuk dapat meningkatkan kualitas hidup penghuni di rusunawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun