Apa itu FOMO dan JOMO? Anda termasuk yang mana? Coba kita telusuri dulu satu-satu.
***
Pernahkah Anda merasa waktu melaju kencang ketika sedang "swipe-swipe" atau "scroll-scroll" media sosial?
Padahal, untuk menargetkan baca buku selama 30 menit saja, rasanya sudah ngantuk 10 menit kemudian. Bahkan, baru 5 menit berselang, tangan sudah gatal memeriksa notifikasi dari WA, Telegram, atau Instagram.
Rasanya, aplikasi Ipusnas atau Sudoku yang tampak statis, sama sekali tidak menarik dibandingkan gosip-gosip selebritis atau pertikaian di grup WA alumni. Terlalu banyak informasi yang terasa penting, dan harus direspon sesegera mungkin!
Hmm ...
Bisa jadi, itu gejala FOMO.
Apa itu FOMO?
Istilah FOMO pertama kali digulirkan oleh Patrick J. McGinnis dalam sebuah op-ed untuk The Harbus di tahun 2004. Secara harfiah, FOMOÂ (Fear of Missing Out)Â berarti "takut ketinggalan".
Apabila kita definisikan, FOMO adalah rasa takut dan cemas akan ketinggalan suatu pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki orang lain, terutama pada hal-hal yang seru, menyenangkan, atau menguntungkan, seperti interaksi sosial, peluang usaha baru, kasus yang lagi hangat, dan sebagainya.
Sementara dalam Oxford Dictionary, FOMO is anxiety that an exciting or interesting event may currently be happening elsewhere, often aroused by posts seen on social media.