Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sepasang Kekasih yang Berikrar di Atas Samudra

18 Oktober 2018   19:34 Diperbarui: 18 Oktober 2018   19:47 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan menunggu kita di pelataran kota yang menyimpan gerimis paling indah di dunia. 

Kamu berjanji kita akan segera tiba. Karena aku utara, menggenapi arahmu yang selalu saja ke mana-mana.

Karpet merah telah digelar. Gelas-gelas dan piring-piring telah berdenting-dentingan. Mereka sudah menanti kue-kue yang menggiurkan dan saat-saat yang mendebarkan.

Tiga jam lagi, kita akan memijak tanah basah sehabis hujan, lalu bergegas menghadiri perjamuan. 

Menyantap hidangan lezat yang tersaji untuk mereka, orang-orang yang merestui dan orang-orang yang patah hati.

Tenang saja, katamu. Nikmati waktu, angkasa tengah bersemu, seperti pipiku.

Tapi ... kembang api rupanya tidak sabar menunggu malam tiba. 

Pukul lima sore, lebih lima puluh lima menit, lima puluh lima detik, ledakan pertama. Tepat ketika matahari berhenti menenggelamkan diri, ledakan kedua melontarkan kita.

Saat itu aku tahu, bahwa penulis skenario film tidak tahu apa-apa perihal awan. 

Mendadak, aku merindukan kasur dan baju tidur.

Lalu lautan, ternyata lebih legawa menerima air mata kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun