Malam itu waktu sudah menunjukan pukul 24.00, semua warga sudah terlelap dalam mimpinya masing-masing. Tiba-tiba. Suara teriakan dan jeritan melanda perumahan padat dan kumuh di seberang rel kereta api. Si Jago Merah dengan ganasnya melahap sebuah rumah bercat merah yang tepat berada di samping gardu listrik. Karena angin berhembus sangat kencang, akhirnya deretan rumah yang berdampingan dengan rumah bercat merah ikut terbakar. Warga yang panik berhamburan ke luar rumah, dan bingung menyelamatkan harta bendanya di rumah atau mengambil air untuk mematikan api.
Tapi tidak dengan Si Naru. Laki-laki bertubuh pendek, gempal dan berambut ikal ini malah duduk santai menggelar koran di depan rumahnya yang terbakar. Padahal rumah pertama yang terbakar adalah miliknya. Ketika warga hiruk-pikuk berlairan mengambil air dengan ember di sumur, selokan dan sungai, Si Naru tidak bergeming sedikitpun. Laki-laki ini justeru duduk bersila menghadap kobaran api dan menjulurkan lidahnya berkali-kali, sambil berteriak-teriak Naru! Naru! Naru!
Warga yang sedang panik dibuat bingung dan tidak mengerti dengan kelakukan Si Naru. "Dasar gila! Rumah sendiri terbakar malah duduk bersemedi!,"celetuk seorang warga. Teriakan Si Naru semakin keras, Naru! Naru! Naru! Kali ini sambil mengangkat kedua tangannya ke depan seperti orang menarik sesuatu. Dan, tiba-tiba. Blam! Sebuah ledakan besar terdengar dari dalam rumahnya. Tetapi aneh. Tiba-tiba api yang sedang melalap rumah warga berangsur mulai mengecil dan akhirnya padam. Tiba-tiba. Pada saat yang bersamaan gerimis mengguyur perumahan kumuh tersebut.
Seluruh warga kaget dan bertanya-tanya. "Wah. Kenapa api tiba-tiba bisa padam?,"tanya seorang warga tidak mengerti. "Aneh! Tadi saya seperti melihat ada ledakan dari rumah Si Naru dan api menyembur degan cepat masuk ke mulut Naru!,"kata seorang warga. "Ah. Mustahil, pasti kamu salah lihat!,"jawab seorang warga. "Betul, Mas. Tadi saya orang yang paling dekat dengan Naru. "Wah. Si Naru kemana?,"tanya seorang warga. Tiba-tiba pula tubuh Naru juga menghilang tanpa jejak.
Sebagian warga marah. Mereka curiga kalau kebakaran yang melanda rumah mereka adalah ulah Si Naru karena sedang menuntut ilmu hitam. Tetapi sebagian warga justeru menganggap Naru sebagai pahlawan sebab laki-laki aneh tersebut justeru yang menelan api yang membakar rumah warga. Akhirnya warga bersepakat untuk masuk ke rumah Naru setelah api padam. Alangkah terkejutnya warga, ketika mereka menemukan Naru di dalam rumahnya sedang duduk bersila di sebuah altar sambil menjilat-jilat api dari lampu taplok di depannya. Di sekelilingnya api juga berkobar dari lentera-lentera kecil yang dibuatnya dari kaleng-kaleng bekas yang diisi dengan minyak tanah serta sumbu dari kain perca.
Dan, yang lebih aneh lagi, bagian dalam rumah Naru tidak ada sedikitpun perabotan rumah yang dilalap oleh api. Semua masih bersih seperti tidak ada kejadian kebakaran apa-apa. Warga yang kesal dan curiga dengan Naru akhirnya mengusir Si Naru dengan paksa. Bahkan Naru diancam akan di bunuh kalau berani coba-coba untuk kembali ke perumahan kumuh tersebut.
"Saya orang pertama yang akan mencincang Si Naru kalau melihat dia kambali ke sini!,"teriak lantang ketua warga. Akhirnya Naru yang hidup sebatang kara di rumah bercat merah itu pergi tanpa meninggalkan kata-kata sedikitpun. Warga hanya bisa mencibir. "Dasar Si Gila. Pengamal ilmu hitam!. Tetapi bagi sebagian warga yang kasihan kepada Naru tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berujar dalam hati,"kasihan Si Naru, kemana dia hendak pergi?.
Warga kembali ke rumahnya masing-masing. Ketika warga sudah sampai rumahnya, mereka terkejut. Sebab isi rumah mereka juga tidak ada yang rusak sedikitpun, hanya bagian luar saja yang terbakar. Tetapi mereka tidak percaya sebab tadi api berkobar membakar seluruh bagian rumah. Warga masih bertanya-tanya dalam hati. "Benarkah ini ulah Si Naru, laki-laki pemakan api? Atau justeru dialah yang menyelamatkan ini semua? Warga menyimpan kebingungannya dalam hati dan pikirannya masing-masing.
Keesokan harinya. Ketika ada tiga orang petugas penerangan datang ke warga, mereka mengatakan bahwa kebakaran semalam terjadi karena konsleting listrik di gardu dekat rumah Si Naru sehingga percikan api  membakar atap rumah Si Naru. Warga semakin bingung. Akhirnya tersebar berita tantang Naru, Lelaki Pemakan Api!
Ternyata ketika terjadi kebakaran di perumahan kumuh daerah lain, warga juga dikejutkan oleh kedatangan laki-laki aneh bertubuh pendek, berbadan gempal dan berambut ikal yang duduk bersila, mengeluarkan lidahnya seperti menjilat-jilat api dan kedua tanganya menarik api sampai akhirnya kebakaran berhenti dengan disertai hujan gerimis.
Berita tantang Naru Lelaki Pemakan Api semakin heboh dan tersebar ke seluruh penjuru kota. Tetapi tidak seorangpun yang tahu, dimana sekarang Si Naru tinggal, dan siapa sesungguhnya dia. Dahulu sebelum ada kebakaran orang-orang dipemukiman kota yang kumuh memanggilnya dengan Naru Geni. Menurut Sastro tetangganya yang pernah berkunjung  ke rumahnya, Naru suka puasa pati geni yaitu semacam tirakat tidak makan dan tidak minum selama tiga hari tiga malam pada setiap pertengahan bulan. Tujuannya adalah ingin mendapatkan ilmu kebal badan dan menjinakan api. Tetapi Sastro sendiri juga tidak tahu secara pasti, sebab dia hanya ngobrol sebentar saja saat menagih uang listrik bulanan di rumah Si Naru.