Ada kisah pendek namun padat yang akan saya bagikan terkait manajemen risiko. Selama ini, kita akrab mengaitkan konsep manajemen risiko dengan dunia keuangan, bisnis, atau usaha. Padahal manajemen risiko tidak selalu berhubungan dengan instrument financial seperti option, berjangka, hedging, maupun instrument basic seperti diskon, logistik, dan masih banyak lagi.
Sebelumnya, apa itu manajemen risiko?
Risiko sendiri adalah potensi terjadinya sesuatu yang berdampak buruk sedangkan manajemen risiko adalah usaha menghindari risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak dari risiko tersebut dapat diminimalisir.
Pengertian manajemen risiko di atas memang bukan kalimat ramah untuk kalangan awam, padahal sebenarnya tanpa disadari, kita sering menjumpai diri kita melakukan manajemen risiko di kehidupan sehari-hari.
Coba simak cerita sederhana ini.
Suatu hari seperti biasa kamu ingin pergi ke kampus. Karena sedang musim hujan, kamu memutuskan untuk pergi naik angkutan umum (bus) dibanding mengendarai sepeda motor. Selain karena takut kehujanan dan mogok, naik bus juga lebih murah meskipun banyak rumor bahwa sering terjadi pencopetan dalam bus akhir-akhir ini. Untungnya di hari itu aman-aman saja dan terlihat penjaga keamanan di halte semakin banyak.
Bus pun sampai di halte dekat kampus namun hujan turun dengan deras. Untungnya kamu bawa payung sehingga bisa menerobos hujan dan baju tidak terlalu basah.
Setelah selesai kuliah, kamu berencana langsung balik ke rumah. Kamu mengajak doi untuk pulang bareng naik bus. Saat menunggu bus di halte, hujan mulai rintik-rintik dan si doi bilang hujannya akan semakin deras. Sementara bus tidak kunjung datang.Â
Karena rumah kalian dekat dalam satu blok, kamu menawarkan diri untuk memesan Gocar, tak lupa biaya tambahan Rp1000,- untuk asuransi.