Kemudian aku berlari ke kamar dan mengunci pintunya. Aku menangis. Aku menangis hingga rasanya sulit bernapas. Wajahku sudah tidak berbentuk. Mata bengkak, wajah basah, dan rambut yang berantakan. Aku sungguh tidak siap dengan seluruh kejadian hari ini. Acara makan malam yang berubah menjadi acara perpisahan.
Aku bagaimana? Naura bagaimana? Apakah mereka tidak memikirkan hal itu? Apa ayah, sang kepala keluarga tidak khawatir akan anak-anaknya? Rasanya, aku benci ayah. Aku merasa ayah adalah akar dari seluruh masalah ini. Tapi, ayah juga pasti tidak mau di PHK, kan? Ayah juga tidak mau begini, kan?
Aku benar-benar bingung. Mungkin aku hanya butuh seseorang untuk disalahkan, maka dari itu aku merasa sangat marah pada ayah. Aku tau mereka, baik ayah maupun ibu, pasti punya alasannya masing-masing. Aku hanya tidak mau menerima fakta itu.
Kepalaku pusing, rasanya sampai mau meledak. Aku tidak tau sudah berapa lama aku menangis. Air mataku sudah tidak mau keluar. Hingga akhirnya aku tertidur karena saking lelahnya.
Saat bangun, aku melihat beberapa jejak air mata yang mengering di wajahku. Kepalaku kembali pusing. Aku berusaha pergi ke kamar mandi agar bisa siap-siap bersekolah. Rasanya aku tidak siap jika hari ini terlalu lama ada di rumah.
Aku turun ke bawah, melihat ayah dan ibu masih berada di tempatnya seperti biasa. Ibu yang memasak dan ayah yang duduk di meja makan. Aku tak mau menoleh ke arah mereka. Sepertinya mereka juga mengerti, tak ada sapaan hangat seperti pagi biasanya.
"Kakak berangkat," aku berkata tanpa melihat ke arah mereka. Pikiranku sekarang hanyalah bagaimana caranya agar cepat keluar dari rumah ini.
Aku bersyukur hari ini Naura libur, jadi aku tidak perlu bersusah payah berpura-pura ceria di depan ayah dan ibu.Â
Aku mulai mengendarai sepeda motorku. Tapi bukannya pergi ke arah sekolah, aku malah hanya berputar-putar di sekitar perumahanku.
Aku berhenti di salah satu taman. Disana ada beberapa alat mainan anak kecil. Aku duduk di ayunan yang sudah berkarat. Ya, aku menangis lagi. Bagaimana caranya gadis usia 18 tahun harus menghadapi semua ini? Tapi, apakah Naura yang akan lebih terluka?
Aku sungguh merasa kasihan pada Naura. Dia masih 5 tahun, bukankah ini keterlaluan untuknya? Aku tidak mau Naura kehilangan senyumannya di usia yang masih sangat muda. Bagaimana cara menjelaskan pada Naura bahwa orang tuanya akan berpisah? Begitu banyak pertanyaan di kepalaku.