Paket pengiriman telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan modern kita. Kemudahan dalam membeli barang secara online dan mengirimkannya ke alamat tujuan telah membawa perubahan positif bagi banyak orang. Namun, kita juga harus sadar bahwa kenyamanan ini bisa menjadi ancaman jika tidak dihadapi dengan kebijakan yang tepat. Kasus tragis di Korea Selatan mengenai pembunuhan satu keluarga dari mudahnya melihat alamat pada paket pengiriman menimbulkan peringatan serius bagi kita semua.
Kasus di Korea Selatan
Pembunuhan tragis satu keluarga yang terdiri dari ibu dan dua anak perempuannya ini cukup menghebohkan Korea Selatan pada tahun 2021. Anak perempuan pertama keluarga ini masih berusia 25 tahun dan memang suka bermain game. Game online ini yang mengawali pertemuannya dengan sang pelaku pembunuan, yaitu Kim Tae Hyun.Â
Mereka yang sering bermain game online bersama membuat sang pelaku jatuh cinta. Sayangnya, ia mendapatkan penolakan. Sang wanita juga tidak menutup kemungkinan untuk tetap berteman. Namun Tae Hyun tidak menerima penolakan tersebut. Ia terus menghubungi sang gadis dengan telfon, SMS, chat bahkan hingga voicemail. Tak aneh jika akhirnya sang gadis memilih untuk memblokirnya dari semu media sosial.
Perasaan Tae hyun yang berubah menjadi obsesi tentu sangat mengganggu sang gadis. Ia harus mengganti nomor ponselnya karena masih selalu diganggu oleh Tae Hyun. Namun, Tae Hyun bisa dengan mudah menemukan nomor ponsel baru sang gadis. Ia bahkan membuat berbagai akun medsos bodong untuk men-stalking perempuan itu. Namun, penolakan yang terus - menerus dirasakannya, akhirnya membuat Tae Hyun memutuskan untuk membunuhnya. Â
Ta Hyun bisa menemukan alamat sang gadis dari berbagai akun medsos yang dimiliki sang wanita. Berbaga foto lama sang wanita di internet dan ia menemukan foto bungkus paket yang ada sticker alamat pengiriman dengan nomor apartemen, lengkap ditulis di paket tersebut.
Pada 21 Maret 2021, Tae Hyun berangkat menuju apartemen sang korban dengan berpura - pura sebagai pengantar paket. Setelah memencet bel, sang adik bersuara dengan mengatakan untuk menyimpan paket di depan pintu. Tae Hyun bersembunyi, saat sang adik membuka pintu untuk mengambil paket tersebut, Tae Hyun segera menerobos masuk dengan mendorong adik korban dengan paksa dan langsung membunuhnya sebelum ia sempat berteriak. Ia juga melakukan hal yang sama pada sang ibu dan sang gadis yang pulang ke rumahnya setelah bekerja.Â
Sangat mengerikan bagaimana pelaku membunuh para korban secara tragis. Belum lagi pelaku memutuskan untuk tinggal di apartemen itu dengan ketiga mayat yang terbaring dengan berdarah - darah itu selama beberapa hari. Setelah 72 jam, keluarga dan teman korban menghubungi polisi karena korban tidak bisa dihubungi, para polisi lalu bergegas menuju rumah sang gadis. Para polisi sangat terkejut melihat TKP yang penuh darah dengan sang pelaku tinggal diantara mayat - mayat itu.
Setelah kasus pembunuhan ini, sejumlah ekspedisi di Korea setuju untuk tidak mempublikasikan nama, alamat dan nomor telepon di bungkus paket. Kesadaran akan pentingnya privasi baru disadari setelah pembunuhan keji ini dilakukan hanya dengan melihat alamat di paket pengiriman.Â
Kasus ini juga menggarisbawahi pentingnya melindungi informasi kita dengan baik, termasuk alamat tempat tinggal. Banyak orang sering kali mengabaikan bahaya dari membuang kotak paket dengan alamat tercetak ke tempat sampah dimana, alamat, nama hingga nomor telepon masih sangat tertera jelas. Sebaiknya, hancurkan atau buang dengan baik kertas yang berisi informasi penting kita sebelum dilihat oleh orang yang salah.