Perubahan iklim, degradasi lingkungan, mobilitas manusia, pemenuhan sumber pangan, dan interaksi dalam ekosistem merupakan faktor-faktor yang membawa manusia semakin dekat dengan hewan. Hubungan yang intens ini menciptakan ketergantungan antara manusia dan hewan, sehingga keseimbangan ekosistem menjadi poin yang sangat penting.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung sebuah konsep One Health, yaitu pendekatan yang betujuan untuk menyeimbangkan hubungan antara manusia, hewan, dan lingkungan secara optimal dan keberlanjutan. Konsep ini menekankan pengendalian risiko kesehatan yang mengancam populasi manusia secara global. Konsep ini semakin populer di kalangan para ahli hingga masyarakat yang semakin menyadari dampaknya konsep ini terhadap kehidupan.
Sebagai profesional yang memiliki otoritas dokter hewan dan kemampuan terhadap kesehatan hewan, dokter hewan memainkan peran penting dalam Kesehatan Masyarakat Veteriner (kesmavet). Kesmavet merupakan bidang ilmu kesehatan masyarakat menggunakan penerapan ilmu kedokteran hewan untuk melindungi kesehatan manusia.
Dokter hewan Indonesia memiliki semboyan “Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang berarti mengabdi kepada manusia melalui hewan. Dengan semboyan ini, dokter hewan berkonstribusi dalam penerapan konsep One Health untuk menangani isu global, seperti resistensi antibiotik, penyakit zoonosis, residu antibiotic, penggunaan antibiotik, dan ketahanan pangan.
Bagaimana cara dokter hewan dapat mendukung konsep One Health dengan menjamin kesehatan pada manusia?. Salah satu isu utama yang menjadi fokus One Health adalah penyakit zoonosis, yaitu penyakit infeksi yang menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Penyakit ini menjadi perhatian global karena penularannya yang membutuhkan waktu relatif cepat dan berpotensi menyebabkan kematian, sehingga dapat mengancam kesehatan global dan ketahanan pangan.
Penyakit zoonosis tidak menyebar secara tiba-tiba. Patogen penyebab penyakit ini menyebar dan menginfeksi manusia apabila perlindungan ekosistemnya telah rusak. Contoh penyakit zoonosis yang telah menjadi ancaman serius adalah monkeypox (Mpox). Penyakit ini adalah penyakit infeksi akibat virus yang ditandai oleh bintil besar bernanah pada kulit. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis yang bahkan dapat menular dari manusia ke manusia. Penularan monkeypox dapat melalui droplet dari penderita dan kontak fisik dengan benda-benda yang terkontiminasi virus.
Hingga saat ini, Mpox masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat global dengan terus terjadinya kasus dan Kejadian Luar Biasa (KLB). Di Indonesia, WHO mengidentifikasi 88 kasus antara Mei 2022 dan September 2024, dan semua kasus telah dinyatakan sembuh.
Gejala Mpox mirip dengan cacar air dan biasanya muncul setelah 1-21 hari terpapar. Gejala umum meliputi:
- Ruam
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Nyeri punggung
- Keletihan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Dokter hewan mengambil peran penting menjadi garda terdepan untuk memberantas penularan penyakit zoonosis, termasuk monkeypox. Dokter hewan berperan dalam mendeteksi, mencegah, mengendalikan, dan memberantas penyakit monkeypox. Dokter hewan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat dengan melakukan promosi kesehatan dengan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, melakukan hubungan seksual denga aman, dan menerapkan etika batuk dan bersin dengan benar. Dokter hewan juga dapat melakukan pemberian vaksinasi sebagai upaya pencegahan monkeypox. WHO merekomendasikan penggunaan vaksin MVA-BN, vaksin LC16, atau vaksin ACAM2000. Vaksin monkeypox diketahui dapat memberikan perlindungan pada tingkat tertentu terhadap penyakit berat dan infeksi.